Sidrotun Naim pun akan melaksanakan investigasinya pada udang dalam studi kedokteran di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Padahal, selazimnya studi itu dilaksanakan pada program studi biologi atau budidaya kelautan.
”Kenapa saya malah diterima di studi kedokteran, padahal yang saya teliti hanya udang? Itu karena virus yang menginfeksi ternak udang memiliki anatomi sama dengan rotavirus yang menyebabkan 600.000 anak balita di dunia setiap tahun tewas
Penelitian itu dilakukan Naim atas keprihatinannya terhadap produksi udang yang terus merosot selama empat tahun terakhir di Indonesia akibat serangan virus. Padahal, Indonesia pernah menjadi produsen udang terbesar keempat di dunia. Penelitian ini terbilang jarang dilakukan karena memakan waktu lama dan perlu ketelatenan. Ia memperoleh dukungan dana penelitian dari berbagai sponsor.
Salah satunya
L’Oreal-Unesco for Women in Science yang diperolehnya lewat proses seleksi ketat. Naim adalah satu dari 15 perempuan peneliti muda dunia yang memperoleh beasiswa 40.000 dollar AS dari internasional L’Oreal-Unesco for Women in Science, Paris, Perancis.
Namun, jumlah itu belum cukup untuk membiayai penelitiannya selama dua tahun karena syarat deposit pendidikan per tahun di Universitas Harvard sebesar 40.000 dollar AS.
”Saya pikir Harvard hanya ingin menguji mental mahasiswa, bukan karena lembaga ini mau mencari keuntungan. Beruntung ada
beasiswa dari Fulbright dan perusahaan pengeboran minyak Schlumberger,” ujarnya.