Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Virus Udang Menuju Harvard

Kompas.com - 10/04/2012, 03:12 WIB

Tahun 2007 ia bersama petambak setempat mengelola lahan tambak udang. Hasilnya lumayan dan bisa bertahan hingga tahun 2008. Namun, tahun 2009 udang hasil budidaya mereka diserang penyakit WSSV sehingga produksinya anjlok.

”Petani bertanya, ini harus diapakan? Saya bingung jawabnya bagaimana. Kan penyakit datangnya di luar kontrol manusia,” katanya.

Seorang petambak meminta Naim mempelajari penyebab penularan penyakit pada udang. ”Ibu kan pinter, tolong pelajari apa penyebab udang bisa terkena penyakit,” kata Naim menirukan permintaan petambak.

Sejumlah kolega dia hubungi untuk memperoleh rekomendasi terkait ahli yang dapat dimintai nasihat. Sampai Naim menemukan jalan melamar sebagai mahasiswa program master ilmu lingkungan di Universitas Arizona.

”Lamaran saya sebagai mahasiswa di universitas itu langsung direspons Profesor Kevin Fitzsimmons, yang menjadi pembimbing saya selama menempuh studi,” katanya.

Ia pergi ke Arizona bersama suami dan anaknya balita. Suaminya, Dedi Priadi, pun menempuh pendidikan strata II ilmu psikologi di Universitas Arizona.

Termotivasi

Studinya di Harvard nanti dimaksudkan untuk meneliti virus, meningkatkan produksi petambak, juga untuk menghalau importir nakal yang mengimpor udang terkontaminasi virus. Hasil penelitian ini dia harapkan dapat melindungi spesies endemik biota laut di Indonesia sehingga tak mudah dibawa dan diteliti peneliti asing di luar negeri.

”Meskipun waktu itu saya membawa udang dan virusnya dari Indonesia ke Arizona, tetap saya laporkan ke LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Ada surat kontraknya dari LIPI sehingga kalau ada peneliti di Arizona yang ingin menggunakan sampel yang saya bawa, harus izin LIPI lagi,” ujarnya.

Sebagai peneliti, penampilan Naim jauh dari wajah sosok yang serius. Dialognya segar, presentasinya komunikatif dan menghibur. Bahkan, para juri dan peserta beasiswa internasional L’Oreal-Unesco for Women in Science yang hadir di Paris, Perancis, bisa dia buat tertawa dengan candaannya.

Semangat Naim menekuni ilmu pengetahuan berasal dari orangtua. Ayahnya, Abidullah, adalah guru agama Islam di Solo yang juga mengenyam pendidikan ekonomi di Inggris. ”Selulus dari Inggris, ayah ditawari kerja di Departemen Agama. Ayah memilih mengajar,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com