Bukan kebetulan jika lulusan
Sejak tahun 1985, tak terhitung forum seminar dan simposium tingkat internasional untuk pembelajaran dan kurikulum yang ia hadiri, baik sebagai peserta maupun penyaji.
Kapasitas akademik Ella saling menopang dengan jabatan strukturalnya. Sederet inovasi dibuatnya agar target dan upaya pencapaian berjalan seiring, misalnya keaksaraan usaha mandiri.
Program itu relevan dengan pemberantasan kemiskinan. Penyandang tunaaksara diberi kesibukan berusaha dengan senantiasa mengasah kemampuan baca-tulis dan menghitung. Salah satu contohnya adalah merajut dan merangkai batu mulia dan manik-manik. Sejumlah hasil karya bersama warga belajar terjual dengan harga proporsional.
Menu dibuat berdasarkan segmennya. Kaum ibu rumah tangga diarahkan membuat ”Koran Ibu”. Adapun kalangan anak dan remaja diakrabkan dengan menu digital. Taman bacaan yang ”gaul” bertebaran di sejumlah tempat, dilengkapi perangkat multimedia.
Hampir separuh waktunya sebagai birokrat ia luangkan bersama pemangku kepentingan untuk berkiprah dari wilayah perkotaan marjinal hingga pelosok desa, pesisir, dan pedalaman. Bahkan, pekerja migran di area perbatasan Indonesia-Malaysia pun dijangkaunya.
”Ah, semua ini berkat komitmen banyak pihak dari pusat, provinsi, hingga kabupaten, termasuk para tutor,” tuturnya merendah.
Lahir dalam lingkungan keluarga pendidik, Ella sejak kecil terbiasa membumikan ilmu pengetahuan dengan pengalaman empiris. Sang ayah, RA Ganda Saputra Adhi Widjaya (almarhum)—guru, wedana, sekaligus tokoh Yayasan Perguruan Pasundan—membiasakan Ella suka membaca dan mencatat hal penting dari lingkungan sekitar.