Pernah suatu ketika, sang ayah dan ibundanya, Djulaeha (85), meminta Ella mencermati perilaku ayam yang mengeram. ”Saya akhirnya hafal bahwa telur yang dierami akan menetas pada hari ke-21,” kata ibu dua anak ini.
Lingkungan seperti itulah yang membentuk karakter tegas, pekerja ulet, disertai pemikiran sistematis pada dirinya. Sikap itu kian terasah saat ia menekuni sains di UPI (dulu IKIP Bandung).
Tahun 2004, ketika Kompas meliput tsunami di Banda Aceh, seorang guru yang lolos dari maut berkisah tentang peran Ella sebagai instruktur pembelajaran sains berbasis kompetensi. Awal tahun 2000-an, di bawah teror senjata Gerakan Aceh Merdeka, ia masuk-keluar kampung membaur bersama guru.
Kala itu, semasa masih bertugas di Pusat Kurikulum, Ella ikut menyelaraskan qanun dan kurikulum bernuansa Islam di Aceh.
Kalau dulu ia menggiatkan partisipasi peserta didik dalam jalur pendidikan formal, kini nenek satu cucu ini berkiprah dalam jalur pendidikan nonformal. Apa pun jalurnya, inovasilah yang utama. Ella telah turut mengangkat harkat bangsa lewat pendidikan non-persekolahan, jalur yang relatif jauh dari hiruk-pikuk arus utama pendidikan.