Kendati begitu, leveling di kalangan profesional tidak semudah di kalangan akademisi. Namun, yang penting, bagi profesional adalah level 8 bisa mengajar, tidak harus magister. Ada juga instruktur cukup S-1, tapi harus berpengalaman di bidangnya hingga setidaknya pada level 8. Untuk ide leveling, kedepannya akan dilakukan Dikti atau ada institusi tersendiri akan melakukannya.
AK ini sangat penting karena akan menyatukan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan masyarakat sekitarnya. Misalnya, seseorang bertugas melakukan pengukuran petak di perkebunan, keahlian untuk ukur tanah bisa dididik setahun atau dua tahun. Untuk itu, AK didirikan di perkebunan itu sehingga menyatukan pusat pertumbuhan ekonomi dengan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, tidak ada lagi kesenjangan antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sekitarnya. Nantinya, masyarakat juga bisa langsung menikmati keberadaan pabrik, perkebunan, pusat perikanan, dan lain sebagainya.
Mengenai program keempat Ditjen Dikti, yaitu meningkatkan daya saing, Kemdikbud telah melakukan beberapa strategi untuk mencapainya. Salah satunya adalah membantu 30 persen biaya riset yang dilakukan perguruan tinggi negeri (PTN).
Kemdikbud menilai, riset membuat mereka semakin kreatif dan inovatif. Tentu saja, hal itu akan menjadikan daya saing lulusan PTN semakin meningkat. Adapun pendanaan riset yang berasal dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dari dana BUPTN disalurkan kepada Kopertis untuk PTS.
Sementara itu, program penting lainnya terkait dengan daya saing, yaitu meningkatkan kemampuan SDM, terutama dosen. Mereka disekolahkan S-2 dan S-3, baik di dalam maupun di luar negeri.
Setiap tahun, Kemdikbud menginginkan sebanyak 1.000 dosen mengikuti program doktoral di luar negeri dan 3.000 dosen di dalam negeri. Syarat penerima beasiswa program doktoral ini adalah sudah menjadi dosen atau calon dosen, dan sudah diterima di PT yang bagus.
Program SM3T
Di luar program unggulan tersebut, ada pula program yang tak kalah penting, yaitu SM3T (Sarjana Mengajar di daerah 3T: Terdepan, Terluar, Tertinggal). Sarjana lulusan program studi kependidikan, sebelum menempuh PPG (Program Profesi Guru), diberi kesempatan mengikuti 1 tahun program SM3T untuk mengajar di daerah 3T. Selesai mengikuti program SM3T, mereka diutamakan untuk bisa mengikuti PPG.
Ternyata, prestasi peserta SM-3T cukup bagus. Berdasarkan evaluasi, program SM3T boleh dikatakan berhasil.
Selain kualitas pesertanya semakin bagus, peminat program ini juga meningkat. Ditjen Dikti banyak menerima surat dari wilayah yang meminta tambahan kuota guru dari SM3T. Padahal, semula program ini dikhawatirkan akan ditolak oleh daerah. Ternyata, yang mendaftar sebagai guru tiga kali lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.