Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperluas Akses Pendidikan Tinggi, dari Bidikmisi hingga Vokasi

Kompas.com - 14/10/2013, 09:42 WIB

Setiap tahun, Kemdikbud menginginkan sebanyak 1.000 dosen mengikuti program doktoral di luar negeri dan 3.000 dosen di dalam negeri. Syarat penerima beasiswa program doktoral ini adalah sudah menjadi dosen atau calon dosen, dan sudah diterima di PT yang bagus.

Program SM3T

Di luar program unggulan tersebut, ada pula program yang tak kalah penting, yaitu SM3T (Sarjana Mengajar di daerah 3T: Terdepan, Terluar, Tertinggal). Sarjana lulusan program studi kependidikan, sebelum menempuh PPG (Program Profesi Guru), diberi kesempatan mengikuti 1 tahun program SM3T untuk mengajar di daerah 3T. Selesai mengikuti program SM3T, mereka diutamakan untuk bisa mengikuti PPG.

Ternyata, prestasi peserta SM-3T cukup bagus. Berdasarkan evaluasi, program SM3T boleh dikatakan berhasil.

Selain kualitas pesertanya semakin bagus, peminat program ini juga meningkat. Ditjen Dikti banyak menerima surat dari wilayah yang meminta tambahan kuota guru dari SM3T. Padahal, semula program ini dikhawatirkan akan ditolak oleh daerah. Ternyata, yang mendaftar sebagai guru tiga kali lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Untuk menjangkau anak usia sekolah di daerah tersebut, Ditjen Dikti menyelenggarakan program Pendidikan Guru 3T (PG3T), yaitu anak-anak dari 3T diberi beasiswa di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Setelah lulus, mereka kembali lagi ke daerahnya untuk menjadi guru profesional.

Ada lagi program Ditjen Dikti yang dapat memeratakan akses pendidikan tinggi, yaitu program afirmasi. Misalnya untuk anak-anak Papua. Berdasarkan fakta, pada umumnya mereka kalah bersaing dengan anak-anak dari daerah lain dalam memperebutkan kursi di PTN. Melihat fakta terebut, Ditjen Dikti melakukan seleksi khusus bagi anak-anak Papua.  Jadi, mereka hanya berkompetisi sesama teman-temanya sedaerah.  Bagi yang lulus tes, diberi beasiswa di PTN pilihannya di seluruh Indonesia.  

Program serupa juga diberlakukan di daerah-daerah perbatasan , misalnya daerah yang bersinggungan langsung dengan Malaysia , yaitu ada sekitar 5 kabupaten. Mereka juga diberi beasiswa. Setelah lulus, mereka diharapkan bersedia bekerja di kabupatennya masing-masing. Yang penting semua anak difasilitasi agar memiliki kesempatan mengenyam pendidik yang sama.

Tidak kalah penting adalah program penegerian PTS menjadi PTN. Program ini bertujuan memeratakan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia sesuai dengan proporsinya. Misalnya di daerah 3T, pemerintah harus bisa hadir dalam bentuk politeknik atau universitas. Langkah yang dilakukan di sana adalah mengubah status PTS (yang didukung pemda setempat) menjadi PTN. Kriterianya, daerah 3T dan daerah yang memiliki Angka Partisipasi Kasar (APK) rendah. (ARIFAH)

Penulis adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com