Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan merupakan market besar dunia, selain juga memiliki sumber daya alam luar biasa. Tak heran, perusahaan-perusahaan ternama dunia berbondong-bondong masuk ke Indonesia untuk berinvestasi.
Namun demikian, dalam hal sumber daya manusia, Indonesia masih harus mengejar ketertinggalannya dalam hal teknologi dan juga kemampuan berkomunikasi. Sebagai negara yang ingin terus maju, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk sesegera mungkin memperbaiki kemampuan mereka untuk bisa berkomunikasi dengan bangsa lain.
Robert Lane Greene yang mengkaji untuk The Economist mencatat, "Saingan bahasa Inggris dewasa ini bukanlah bahasa Mandarin, Arab atau Spanish, tetapi saingannya adalah komputer. Apalagi, sekarang komputer dilengkapi dengan Google Translate dengan kamus untuk mengecek makna lain selain yang diterjemahkan".
Hal senada diungkapkan Dino Martin, Direktur B-Recruit, salah satu sebuah perusahaan konsultan SDM. Dino mengungkapkan, bahwa kemampuan bahasa Inggris sudah menjadi kriteria mutlak yang diinginkan perusahaan dari seorang calon pegawainya. Lebih lanjut Dino mengatakan bahwa ini terjadi bukan hanya di perusahaan multinasional, tetapi juga lokal.
"Saya rasa kemampuan berbahasa Inggris adalah hal mutlak bagi mereka yang ingin berkarir di perusahaan multinasional. Bahkan, yang mengejutkan adalah di perusahaan lokal pun sudah menempatkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu kriteria dasar dalam mencari pegawai," ujar Dino.
"Artinya, jika anda ingin mengembangkan karir dan terus mendapat promosi jabatan, maka kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu hal yang perlu diamankan," lanjut Dino.
Permasalahannya adalah, dengan tingkat kesibukan relatif padat, ditambah kemacetan di kota besar semakin menjadi, tantangan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mendapat tantangan serius, terutama bagi para pekerja profesional.
"Saya baru bisa pulang dari kantor jam 6 sore. Ditambah macet kurang lebih satu setengah jam, artinya paling cepat baru jam 19.30 sampai di rumah. Itu sudah rutinitas tetap dari Senin sampai Jumat, sementara Sabtu dan Minggu lebih banyak dihabiskan dengan teman dan keluarga. Jadi, memang sulit mencari waktu untuk kursus bahasa Inggris," ungkap Tito, seorang profesional muda di Jakarta.
Bagi para profesional di kota besar seperti Jakarta, urusan macet dan waktu memang bak "lingkaran setan" dan membuat mereka terlanjur terlambat untuk belajar bahasa Inggris.
"Saya ingin punya pekerjaan yang baik dengan karir dan bayaran yang juga memuaskan dan ritme kerja bisa disesuaikan. Namun, sepertinya agak sulit mendapatkannya dengan kemampuan berbahasa Inggris saya yang pas-pasan ini. Dengan aktifitas begitu padat, sepertinya agak mustahil bisa meluangkan waktu untuk kembali belajar bahasa Inggris. Namun, saya sadar jika saya tidak mulai belajar bahasa Inggris, kondisi saya akan terus seperti sekarang ini," timpal Agus, seorang pekerja bank ternama.
Online dan offline
Rhenald Kasali, dalam salah satu publikasinya menyebutkan bahwa Bahasa Inggris telah menjadi bahasa dagang yang sangat penting saat ini. Orang yang memiliki kemampuan multibahasa, selain terlihat intelek, mereka memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang baik.