Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kisah Miris hingga yang Inspiratif

Kompas.com - 02/05/2014, 21:03 WIB

Darsono pun keluar dari rumah orangtuanya yang ditinggali bersama delapan saudaranya yang lain. ”Saya bulatkan tekad. Kebetulan di kampung banyak yang ikut transmigrasi, jadi banyak rumah kosong sehingga saya tinggal di salah satu rumah kosong itu,” kisah ayah dua anak asal Kampung Nglaren, Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, ini.

Untuk membiayai hidup dan sekolahnya, ia membikin batu bata merah. Setamat IKIP 1982, Darsono merantau ke Jakarta.

Di Ibu Kota ia ditampung oleh seorang pedagang daun pisang di Pasar Mampang. Ia bisa tinggal gratis di rumah orang itu dengan tugas mengajar anak-anaknya agar bisa sekolah.

Sambil mengajar, ia berkeliling Jakarta mencari kerja serabutan, berdagang elektronik bekas, dan lain-lain. Ia kemudian melamar ke Pusat Penataran Guru. Namun, untuk mengimbangi gajinya, ia bekerja sambilan sebagai tukang kredit elektronik bekas.

Kisah berlanjut. Darsono lalu mendirikan SMEA di sebuah kawasan yang terletak di sekitar Bundaran Pamulang. Inilah cikal bakal berdirinya Unpam. Begitu membuka pendaftaran pada 2004, jumlah mahasiswa bertambah dari hanya 120 orang menjadi 700 orang. Unpam terus berkembang dan mempunyai bangunan sendiri yang terletak di sebelah SMK Sasmita Jaya. Kampus itu kini terlihat menjadi bangunan tertinggi dan salah satu yang termegah di Pamulang, menampung ribuan mahasiswa.

Tahun 2013, Unpam menerima 13.000 mahasiswa dari 20.000 pendaftar. Meski murah, ia memastikan kampus itu tidak mengabaikan mutu. Kampus diasuh 930 dosen. ”Untuk meningkatkan kapasitas, kami sekolahkan mereka. Misalnya ada 18 dosen S-3 di Trisakti, ada juga di kampus lain,” katanya.

Melalui Unpam, Darsono menyediakan akses pendidikan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Ia percaya: pendidikan adalah ”jembatan emas” memperbaiki hidup. (RAY/PIN/MAM/NEL/MDN/NAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com