KOMPAS.com – Sinar matahari tak terlalu leluasa menelusup masuk, namun cukup membuat terang ruangan lantai lima kampus Binus University @ Alam Sutera. Berebut dengan udara segar yang mengalir sejuk, cahaya matahari memang tak sekeras biasanya, karena tak banyak jendela terbuka. Toh, kesegarannya tetap terasa.
“Penggunaan listrik untuk AC memang tidak terlalu besar di kampus ini karena inilah upaya Binus mewujudkan green campus,” ujar Managing Director Stephen Wahyudi Santoso pada peresmian gedung baru Binus University @Alam Sutera, Tangerang, Banten, Kamis (23/10/2014).
Berdiri di lahan seluas 5 hektar, gedung tersebut merupakan ekstensi dari gedung Binus University di Kemanggisan, Jakarta Berat. Dari kejauhan, kampus ini menawarkan tampilan yang khas berdekatan dengan Mall Alam Sutera.
Stephen menuturkan, pembangunan gedung tersebut dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama merupakan gedung ikonik setinggi 22 lantai. Gedung ini menampung 40 ruang kelas dan laboratorium.
"Fase kedua sekitar enam sampai delapan lantai, dan untuk ruang kelas juga. Fase ketiga untuk fasilitas pendukung. Pembangunannya dilakukan dalam waktu dekat," kata Stephen.
Untuk fase pertama, gedung tersebut memiliki luas 25.000 meter persegi. Jika ditambah dengan fase kedua dan ketiga, total luas keseluruhan gedung menjadi 60.000 meter persegi.
Investasi hijau
Binus University @Alam Sutera, Tangerang, Banten, resmi diluncurkan Kamis (23/10/2014) kemarin, dan sudah mulai beroperasi sejak September 2014 lalu. Bangunannya memiliki berbagai fasilitas dengan konsep zonasi yang teratur.
Lantai semi-basement digunakan untuk keperluan parkir, building management dan utility room. Adapun lantai pertamanya berfungsi untuk lobi utama, international lounge, pelayanan mahasiswa, bank, perpustakaan, serta beberapa ruang komunal mahasiswa.
Sementara itu, lantai duanya digunakan untuk fasilitas laboratorium non-komputer, misalnya BINUS TV, studio fotografi, data center, serta ruang simulasi jurusan hubungan internasional. Selanjutnya, lantai tiga difungsikan untuk ruang kantor dan dosen, sedangkan sisa lantai lainnya untuk ruang kelas dan laboratorium.
Rektor Binus University, Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM., mengakui bahwa biaya terbesar sebuah gedung adalah saat gedung tersebut dipakai terus-menerus. Untuk itulah, cara paling tepat di era saat ini adalah mewujudkan green building yang hemat energi.
Harjanto mengemukakan, penggunaan pendingin udara bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sinar matahari masuk ke dalam ruangan. Namun, cahaya sinar matahari juga harus dipertahankan agar ruang kelas tak perlu menggunakan terlalu banyak penerangan lampu. Salah satu upaya pengurangan tersebut dilakukan menggunakan teknologi kaca lapis ganda (double glazed), selain juga menyertakan taman vertikal (vertical green park) di depan jendela.
"Ini salah satu konsep penggunaan desain pasif yang memaksimalkan cahaya matahari. Dari sini saja sudah bisa mengurangi biaya pemakaian energi," ujar Harjanto.
"Kami kurangi bukaan jendela untuk mengurangi cahaya yang masuk. Kami hanya menggunakan 30 persen bukaan untuk cahaya. Kami juga membuat taman vertikal agar terlihat hijau dan terasa sejuk,” tambahnya.
Khusus penggunaan cahaya lampu, lanjut Harjanto, juga tetap mengaplikasikan konsep ramah lingkungan. Semua penerangan di kampus ini menggunakan lampu hemat energi berteknologi LED dan pendingin udara berteknologi sistem pendingin air atau water cooled chiller dengan inverter screw chiller system.