Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawah Candradimuka ”Atlet” Olimpiade Sains

Kompas.com - 24/10/2014, 19:17 WIB

Pada 1996, sempat dibuat kelas khusus bagi murid yang pandai Matematika dan Ilmu Alam. ”Namun, di tengah perjalanan, para murid stres dengan suasana kelas yang homogen. Mereka merasa kelas itu memisahkan mereka dari siswa-siswa lain,” ujar Endang Setyowati, Kepala SMAK 1 BPK Penabur.

Kini, murid berbakat sains di sekolah itu tak dipisah dari murid lain. Ketika klub-klub mata pelajaran olimpiade, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Geografi, ingin menyaring murid berbakat, sekolah mengadakan seleksi terbuka. Pendaftar akan diterima asalkan nilai mereka di atas 70 ketika ujian seleksi.

Pengelola SMA IPEKA Puri Indah, Jakarta Barat, juga membina siswa berbakat mereka selama 1-2 jam setiap Sabtu. Kepala SMA IPEKA Puri Indah Aang Nasrudin menjelaskan, dengan program itu, murid dapat mengasah kemampuan dalam bidang kompetisi yang akan diikuti. Murid pun tidak dipungut bayaran.

Agar murid klub ilmiah ini tidak kehilangan kontak sosial, sekolah-sekolah tersebut menempuh sejumlah jalan. Ada yang menganjurkan murid menjadi tutor bagi teman-temannya yang bukan anggota klub. Cara lainnya, mewajibkan siswa mengikuti kegiatan pramuka, ekstrakurikuler, karya wisata, dan acara pesta dansa.

”Tidak mungkin saya terus-terusan belajar Matematika. Bisa pusing. Karena itu, saya bermain futsal,” tutur Nicholas Susanto, murid SMA IPEKA Puri Indah, yang menyumbang medali emas untuk DKI Jakarta dalam OSN 2014.

Daya dorong

Olimpiade sains merupakan tantangan tersendiri bagi murid brilian sains. Ivan Ezechial (14), anggota klub Fisika SMAK 1 Penabur, misalnya, menargetkan mengikuti lomba ilmiah sebanyak mungkin. ”Harapan saya, kalau sering ikut lomba, akan lebih mudah mencari universitas dan pekerjaan,” ujarnya.

Gennesa Ret (15), teman satu klub Ivan, mengikuti lomba ilmiah untuk membuktikan kemampuan dirinya. Siswa lainnya, Hana Widiapsari, dari SMAN 8 Jakarta, memanfaatkan kelas sains itu untuk menumpuk prestasi. Itulah kesempatan bagi peraih medali perak bidang Astronomi OSN 2014 tersebut untuk memperoleh ilmu yang tak didapat di kelas biasanya.

Bagi sekolah tempat murid-murid tersebut bernaung, kemenangan dalam turnamen sains tentu akan mengharumkan nama sekolah. Lewat kompetisi sains itu pula sekolah dapat memoles bakat sains murid. ”Bimbingan itu bentuk dukungan kami terhadap perkembangan siswa,” ujar Aang Nasrudin.

Iman Santoso menyatakan hal senada. Pembinaan tidak hanya memperbaiki prestasi murid di ajang OSN, tetapi juga meningkatkan kualitas sekolah. Sekolah pun dikenal atas prestasinya di seluruh Indonesia.

Lewat kerja keras dan perasan akal pikiran murid berbakat, medali-medali olimpiade sains diraih. Walaupun tak mencerminkan kualitas pendidikan secara keseluruhan di Tanah Air, setidaknya prestasi mereka menunjukkan Indonesia kaya talenta. (A07/A14/A15)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com