Siapkan SDM, Mendobrak Persaingan Pasar Bebas!

Kompas.com - 20/05/2015, 14:38 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com – Saat ini ekonomi dunia memang masih didominasi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, Jerman dan Rusia. Namun, ekonomi Indonesia juga mulai menunjukkan taringnya.

Berdasarkan data World Bank, PDB paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) Indonesia tahun 2012 berada di peringkat 16 dunia, di antara Turki dan Australia. Lalu, prestasi itu melonjak pada 2014. Indonesia berhasil menyabet rangking ke-10 dengan share 2,3 persen, hanya berbeda 0,1 persen dengan Inggris di peringkat ke-9.

Berdasarkan prediksi PricewaterhouseCoopers (PWC), pada 2030 nanti Indonesia akan naik ke peringkat lima dunia. Jika mampu mempertahankan perkembangan ekonominya, pada 2050 mendatang Indonesia bahkan akan mampu meraih posisi keempat.

Tak hanya PWC. McKinsey&Company juga memprediksikan hal sama. Melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian pesat, Indonesia dapat bertengger di posisi ke-7 pada 2030 dengan perkiraan GDP 878 miliar dollar AS.

Era pasar bebas

Pintu perdagangan dunia kian terbuka lebar. Di tingkat Asia Tenggara, Indonesia harus bersiap menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun ini.

MEA menjanjikan kemudahan transaksi barang dan jasa antara negara-negara Asia Tenggara sehingga kompetisi semakin ketat. Jaringan bisnis pun kian luas. Para pelaku usaha dituntut fleksibel dan cepat merespon pasar. Standar barang dan jasa pun harus berbasis internasional.

Lalu, penanaman modal asing diperkirakan akan meningkat dan lapangan pekerjaan pun menjadi semakin luas. Harapan dengan terbentuknya MEA, kesejahteraan masyarakat ASEAN pun akan meningkat.

"Bagi banyak pihak yang menganut konsep globalisasi, MEA memang menjadi peluang," kata Rektor Universitas Bina Nusantara, Prof Harjanto Prabowo, saat ditemui KOMPAS.com, Selasa (19/5/2015).

Lalu, apa konsekuensinya? Harjanto mengatakan, MEA tidak hanya akan membuka keran arus perdagangan, melainkan juga pasar tenaga kerja profesional.

Seperti diketahui, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengisyaratkan adanya penghapusan peraturan yang sebelumnya menghalangi perekrutantan tenaga asing. Dampaknya, persaingan di bursa kerja pun semakin ketat.

"Yang paling disoroti dari MEA adalah lalu lintas SDM ini. Kemudian, yang menjadi hambatan sekarang adalah apakah SDM ini sudah memenuhi keriteria atau belum," tutur Harjanto.

www.shutterstock.com Mempersiapkan SDM bangsa yang siap bersaing di pasar dunia

Menggenjot SDM

Meneropong perkembangan ekonomi tersebut, Indonesia perlu segera berbenah. Faktor utama perlu segera dibenahi adalah SDM.

Presiden RI ketiga, BJ Habibie, pernah mengamini pentingnya pembangunan SDM bangsa. Dia mengatakan, daya saing bangsa tak akan berkembang jika tak ditopang oleh ketersediaan SDM berkualitas. Hal itu dia sampaikan pada acara malam inspiratif Kultum Supermentor 6: Leaders yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Minggu (17/5/2015) lalu.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau