“Hal pertama paling penting yang harus dibangun dalam Jidoka adalah mind set karyawan di pabrik. Ini memang bagian yang paling sulit,” ujarnya.
Semua karyawan Toyota harus memiliki pemahaman untuk menghasilkan produk berkualitas baik, tidak membiarkan terjadi cacat produk, atau menghasilkan produk cacat. Hal ini terlihat sederhana, namun sangat sulit diaplikasikan di lapangan.
Yui mengatakan, terkadang karyawan memilih memecahkan permasalahan sendiri ketimbang melaporkan. Sementara itu, yang lainnya terlalu takut untuk melapor.
“Stop, call, and wait. Ketika terjadi masalah, mereka harus terbiasa menghentikan produksi dan memanggilsupervisor-nya. Nah, atasan pun tidak boleh memarahi, tapi membantu menyelesaikan masalah,” ujar Yui.
Selain pola pikir, Toyota pun telah melakukan pencegahan cacat produk dengan melakukan pembedaan desain. Misalnya, Toyota merancang mesin dan komponen khusus yang hanya dapat dipasangkan ke jenis mobil tertentu.
“Misalnya komponen A hanya untuk produk sedan, maka komponen itu tidak bisa dipasangkan ke model mobil lain. Jadi kesalahan operator di lapangan bisa dicegah,” jelas Yui.
Persiapan matang
Namun, jika berencana menerapkan TPS, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pelaku industri. Menurut Wakil Presiden Direktur PT TMMIN Warih Andang Tjahjono, setidaknya empat aktivitas mendasar berikut telah luwes diaplikasikan dalam kehidupan produksi manufaktur sehari-hari.
“Ada empat Basic Manufacturing Management, yaitu 5R yang rinciannya adalah Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin, serta supervisory role, continuous Kaizen, dan visual control atau Mieruka,” kata Warih.
Menurutnya, semua karyawan produksi harus memiliki kebiasaan 5R saat bekerja. Hasilnya, pekerjaan menjadi lebih cepat karena semua alat selalu diletakkan sesuai tempatnya. Karyawan tidak akan menghabiskan banyak waktu mencari saat membutuhkannya.
Urusan keselamatan karyawan kerja pun terjamin. Jalur kerja bersih dari barang-barang yang mungkin bisa menyebabkan kecelakaan.
Selanjutnya, pembagian kerja pimpinan harus jelas agar efektif dan efisien. Selain itu, seluruh karyawan harus memiliki semangat inovasi. Perbaikan selalu dapat dilakukan agar mempermudah pekerjaan.
Terakhir, budaya visual control wajib melekat erat di semua lini. Artinya, semua karyawan di level manapun harus melihat langsung proses produksi. Jika masalah muncul, pengecekan TKP, atau biasa disebut ‘genba’, wajib dilakukan sebelum memutuskan tindakan solutif.
“Menurut saya, sebelum lanjut ke TPS, akan lebih baik kalau perusahaan tersebut sudah mampu menerapkan empat fondasi ini,” tutup Warih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.