Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantaskah Kita Berbangga Diri di 70 Indonesia Merdeka?

Kompas.com - 18/08/2015, 07:45 WIB

Mengapa akhirnya kita lebih bangga berfoto dengan latar gunung Titlis di Swiss atau pantai Waikiki di Hawaii dibandingkan dengan berfoto dengan latar gunung Ijen di Jawa Timur atau pantai pasir putih di Pulau Lengkuas, Belitung? Jangan-jangan, memang, kita mungkin telah kehilangan jiwa dan kesadaran kebangsaan kita?

Percepatan jiwa dan kesadaran kebangsaan adalah percepatan dalam sebuah grafik eksponensial mencapai cita-cita proklamasi. Dengan perubahan dunia yang semakin cepat dan dinamis tidak mungkin kita mencapai tujuan kita hanya dengan kecepatan tetap seperti sebuah fungsi linier biasa. Tak akan bisa kita mengejar, apalagi melampaui yang lain, termasuk kedua tetangga kita; Singapura dan Malaysia!

Kita perlu booster yang dulu juga dipakai oleh Soekarno-Hatta untuk berangkat membawa bangsa ini menuju pintu gerbang kemerdekaan. Generasi muda kita perlu booster yang sama, yaitu 'sense of urgency' seperti dimiliki para pemuda yang pada 70 tahun lalu mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan, jika memang kita mau mencanangkan 2045 sebagai tahun emas kita.

Bangunlah Jiwanya!

Mari kita bangun Indonesia yang berjiwa. Mari kita didik anak-anak negeri dengan pendidikan yang membangun rasa dan jiwa. Dengan begitu, 30 tahun lagi, pada 2045 nanti, perayaan 100 tahun Republik Indonesia kita ini adalah perayaan kemerdekaan yang sesungguhnya, bukan sekedar perayaan simbolis dengan sekedar berteriak yel-yel merdeka. Merdeka!

Tidak demikian! Sejatinya, 100 tahun Kemerdekaan RI nanti bukan sekadar perayaan dengan lomba makan kerupuk dan balap karung, bukan juga sekedar perayaan dengan berbagai sale 17-an di mal-mal mewah atau parade 17-an "moge" yang arogan, tapi perayaan yang "sesungguhnya" dengan peringkat HDI di 25 besar, menjadi prime mover di ASEAN, dan sumber daya manusia yang memiliki daya saing global.

Sepertinya, memang bukan tanpa alasan Wage Rudolf Supratman menempatkan kata 'jiwa' dulu sebelum kata 'badan' pada lagu kebangsaan kita: 'Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya'.  

Maka, mari bangunlah jiwa Indonesia menuju tahun emas 2045! Merdeka!

Penulis adalah pemerhati pendidikan dan bergiat sebagai koordinator tim beasiswa pada Netherlands Education Support Office di Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com