Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Sumpah Serapah

Kompas.com - 08/06/2016, 06:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Selanjutnya?  Ya, dengan menangis tersedu keluarlah sumpah serapah dari mulut ibunya kepada anak tercinta ini.

”Ya Allah, seandainya benar ini anakku, biarlah ia terkena  azab dan menjadi batu!”

Maka perlahan-lahan tubuh Malin Kundang  tampak kaku kemudian benar-benar menjadi batu!

Cerita ini sangat jelas membuktikan betapa ampuhnya sumpah serapah yang turun dari atas ke bawah, yaitu dari orangtua kepada anaknya.

Kedua cerita tersebut intinya sama, yaitu sumpah serapah yang dilontarkan spontan dari mulut orangtuanya sendiri. Hal ini terjadi karena orangtua sudah sangat marah, jengkel, emosi sudah sampai ubun-ubun, disepelekan, dan merasa punya power terhadap anak kandungnya sendiri untuk memberi hukuman.

Arti sumpah serapah menurut KBBI, yaitu berbagai kata buruk, maki makian, disertai kutukan dsb.

Jadi, makna sumpah serapah ini begitu mengerikan karena di dalamnyaa ada kata “kutuk”. Kutuk artinya 1. doa atau kata-kata yang dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang; 2 kesusahan atau bencana yang menimpa seseorang disebabkan doa atau kata-kata yg diucapkan orang lain; laknat; sumpah.

Ternyata sumpah serapah berkaitan dengan kutuk.  Jadi betapa hebatnya sebuah ucapan yang dikeluarkan sembarang dari mulut orangtua kepada anaknya sendiri.

Sumpah serapah tampak sangat mengerikan bila ditimpakan kepada orang-orang yang dicintai, yaitu anggota keluarga sendiri! Dan sedihnya, banyak orangtua yang tidak pernah menyadari  akibat sumpah serapahnya ini. Tidak merasa bersalah. Bahkan berpendapat bahwa hal ini merupakan sebagian dari pendidikan kepada anak!

Seorang kawan pernah bercerita saat ia menjenguk seseorang yang dirawat di rumah sakit. Ia meyakinkan bahwa penyakitnya pasti sembuh. Tetapi orang ini dengan lemah mengatakan,”Tidak mungkin sembuh. Aku pasti mati.”

Sekali lagi kawan saya ini meyakinkan bahwa tak ada yang mustahil bagi Allah. Orang ini berkali-kali menggelengkan kepalanya sambil menangis tersedu,”Aku bakal mati...” Tangisnya meledak.

Beberapa hari kemudian orang ini benar-benar mati. Hal ini nilainya sama dengan menyumpahi dirinya sendiri. Apa yang diucapkan demikianlah yang terjadi. 

Cerita ini pun mengingatkan saya tahun 1980-an. Waktu itu teman ayah saya mengingatkan kepada tetangganya yang memiliki toko kelontong, ”Hati-hati tuh, lampu depan mesti dinyalain, nanti kebongkaran (kemalingan)!”

Waktu itu memang sering terjadi kemalingan di Pasar Pelita. Dengan enteng tetangganya balik berkata, ”Ah, biarin aja kalau kebongkaran!”

Esok paginya, gempar, tokonya betul-betul kemalingan!

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com