KOMPAS.com – Sebelum melanjutkan studi ke Belanda, sebaiknya calon mahasiswa mengetahui dulu serba-serbi perkuliahan dan kehidupan di sana. Pengetahuan ini sangat diperlukan untuk beradaptasi dengan sistem dan standar pendidikan serta kultur setempat. Yakin sudah siap tempur?
Dari sisi akademik, misalnya, bahasa pengantar di kelas menggunakan bahasa Inggris. Jadi, pelajar Indonesia yang mau melanjutkan kuliah ke Belanda sudah pasti harus mempertajam kemampuan bahasa ini agar tak tertinggal di kelas.
"Saat pertama kali belajar akuntasi dalam bahasa Inggris di kelas, saya tak mengerti sama sekali," ungkap Nadia Rachma Pratiwi yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan sarjana di Saxion University of Applied Sciences kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2016).
Keadaan semakin tidak menguntungkan, lanjut Nadia, karena saat itu tak ada mahasiswa lain di kelasnya yang sama-sama asal Indonesia.
"Kalau saya bertanya dalam bahasa Inggris (kepada teman sekelas), ya sama saja saya tidak mengerti," ucap perempuan asal Yogyakarta ini.
Selain soal bahasa, tantangan juga datang dari perbedaan metode pengajaran. Mahasiswa di Belanda harus mampu mengungkapkan pendapat secara terbuka dalam kelas. Hal ini diamini oleh Recruitment Manager Holland International Study Center, Janine Reeves.
"Perkuliahan di Belanda lebih interaktif, berbeda dengan sistem yang biasa ditemui mahasiswa (Indonesia). Diskusi dan partisipasi aktif mahasiswa di kelas merupakan hal biasa di Belanda," ucap Reeves saat dihubungi Kompas.com via e-mail, Selasa (1/11/2016).
Pengalaman di atas pernah dialami alumnus Stenden University of Applied Sciences, Belanda, Nick Silvester Turang.
"Saya harus belajar hal-hal baru mengenai ilmu sosial dalam situasi dan kondisi yang masih belum terlalu familiar saat itu," kata Nick, lewat wawancara tertulis, Selasa (28/10/2016).
Siap-siap
Cerita Nick dan Nadia tersebut memberi pelajaran, persiapan matang perlu dijalani sebelum kuliah di Belanda. Lagi pula, ada caranya supaya kejadian sama tak terulang pada calon mahasiswa yang ingin mengikuti jejak langkah mereka bersekolah di sana.
Salah satu cara itu adalah mengikuti program persiapan yang disebut foundation year di Belanda. Selama 9 bulan masa akademik, calon mahasiswa dibekali ilmu agar tak gagap saat mulai berkuliah di perguruan tinggi.
"Program ini membantu pelajar yang tertarik mengambil studi di Research University atau University of Applied Science untuk mempersiapkan diri," ujar Reeves.
Dalam program tersebut, para calon mahasiswa belajar mengungkapkan pendapat dan menulis laporan dalam bahasa Inggris.
Mereka juga diajarkan keterampilan lain yang diperlukan, lanjut Reeves, agar nantinya bisa lulus kuliah tepat waktu dengan nilai memuaskan.
"Secara umum, orang-orang Belanda sangat direct dan juga to-the-point saat mengutarakan opini. Ini menjadi sesuatu hal yang cukup mengagetkan saat pertama kali saya datang ke sini," kata Nick.
Tentu, banyak hal baru akan ditemui pelajar dalam negeri saat tiba di Belanda. Tantangannya bisa saja tak sama persis dengan pengalaman Nadia atau Nick.
Meski demikian, pelajar tetap perlu siap dengan tantangan model apa pun. Kuncinya ada pada penggalian informasi sebanyak-banyaknya, baik dari alumnus, perwakilan perguruan tinggi, maupun sumber dan kesempatan lain.
Untuk keperluan itu, para pelajar dan peminat kuliah di Belanda dapat mencoba mengunjungi pameran pendidikan. Tahun ini, contohnya, Nuffic Neso Indonesia akan membuka Dutch Placement Day di Jakarta pada Jumat, 4 November 2016.
Di sana pelajar tak perlu ragu bertanya. Persiapan matang mampu membantu pelajar Indonesia mengejar standar pendidikan dengan cepat. Seperti kata pepatah, di mana ada kemauan, pasti ada jalan…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.