KOMPAS.com - Mendengar kata Samurai, banyak orang langsung mengasosiasikan dengan sebilah pedang dari Jepang yang bergagang panjang dan sangat tajam. Padahal, asosiasi itu masih belum tepat, karena yang benar Samurai adalah sebutan bagi aristokrat Jepang dari golongan kesatria (prajurit) pada abad pertengahan dan awal-modern Jepang.
Nyatanya, Samurai yang satu ini asli Indonesia. Ya, namanya Samurai—bukan nama samaran, tetapi nama sesuai KTP—sebagaimana pemberian orangtuanya.
Pekerjaannya mentor, pembicara, dan penulis untuk bidang permodalan usaha dengan mengusung slogan "Utang Bank Dibayar Bank". Ini yang menarik.
Sepak terjang Samurai asli Indonesia ini ternyata tak kalah bernyali selayaknya para samurai di negeri aslinya. Bedanya, Samurai ini tidak mengandalkan pedang sebagai senjatanya, melainkan mengandalkan utang seperti yang dipaparkan dalam buku Credit Wisdom: Strategi Jitu “Utang Bank Dibayar Bank”, terbitan Grasindo.
Di buku ini Samurai memaparkan pengalamannya membangun bisnis tanpa modal, tetapi hanya bermodalkan utang bank, baik dari kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), maupun Kredit dengan Agunan.
Mungkin, bagi kita, hal itu ibarat memainkan gaya hidup yang "menyerempet-nyerempet" bahaya. Pasalnya, tak sedikit warga masyarakat yang akhirnya harus kehilangan banyak harta karena membengkaknya tagihan.
Nah, bagaimana ceritanya Samurai justru sukses dengan cara hidup seperti ini? Memburu berbagai macam pinjaman dan kredit ke bank-bank, layaknya seorang samurai memburu dan menaklukkan musuh hingga ke sarangnya?
Kredit
Samurai menamakan ilmunya dengan ilmu kredit. Banyak jurus diajarkan, dari jurus paling sederhana hingga paling menantang.
Pelajaran pertama, pemilihan waktu pengajuan kredit. Kredit harus dilakukan setiap saat, bukan setiap kita butuh. Kredit pun bisa tanpa bunga, jika kita mau memahaminya dengan baik.
Carilah kredit pada saat tidak perlu sehingga akan tersedia standby loan di kantong. Dengan punya uang, bisnis bisa dieksekusi dengan mudah, walaupun peluangnya datang pada saat yang tidak terduga sama sekali.
Oleh karena itu, apply…apply…apply setiap saat tanpa henti! Semakin sering mengajukan kredit, kita akan semakin paham waktu terbaik mengajukan pinjaman dan apa saja kebutuhan yang diperlukan agar pengajuan kredit berhasil.
Ilmu kredit adalah ilmu mencari, menggunakan, menambah, dan mengatasi kredit jika terjadi masalah. Dengan mempelajari ilmu ini dan menghilangkan rasa takut, kita akan lebih mudah bernegosiasi tentang kredit dengan pihak bank.
Pelajaran kedua, kredit jangan sampai macet, tapi juga jangan dilunasi. Kok begitu?
Menurut Samurai, itulah yang akan disampaikan oleh pihak bank. Tentu, semua pemberi kredit ingin uangnya kembali, tetapi mereka juga tidak mengharapkan kita langsung melunasi pinjaman.