KOMPAS.com- Belanda merupakan salah satu negara yang paling diminati pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu. Selain kultur Indonesia juga cukup familiar, "urusan perut" pun tak terlalu jadi tantangan, karena banyak restoran setempat menyajikan kuliner Nusantara.
Belanda memang punya beragam program studi berbahasa Inggris. Setiap tahun, rata-rata 1.500 mahasiswa Indonesia berangkat ke sana. Terlebih lagi, Pemerintah Belanda juga menyediakan beragam beasiswa.
Paling tidak, saat ini ada empat program beasiswa yang bisa dicoba para calon mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia.
Studeren in Nederland (StuNed), misalnya, menyediakan beasiswa untuk pendidikan master (S2), program short course, dan tailor made training khusus untuk warga negara Indonesia.
Beasiswa itu merupakan bagian dari kesepakatan bilateral Pemerintah Belanda dan Indonesia untuk peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
"Untuk mendaftar (beasiswa master) StuNed, calon mahasiswa tidak perlu memiliki pengalaman kerja. Fresh graduate dan profesional sama-sama memiliki kesempatan mendaftar," ujar Inty Dienasari, Tim Koordinator Promosi Pendidikan Nuffic Neso Indonesia, saat ditemui Kompas.com di acara Agent Briefing 2017, Jumat (19/01/2017).
Kelebihan dari beasiswa StuNed yang paling terlihat adalah penerima beasiswa dapat memilih mengajukan beasiswa penuh atau parsial.
Untuk beasiswa penuh, pendanaan biasanya mencakup uang kuliah, biaya hidup, tiket perjalanan pergi-pulang ke dan dari Belanda, serta tambahan biaya lain untuk keperluan terkait studi di sana.
Beda beasiswa, beda syarat
Patut diingat, setiap beasiswa boleh jadi punya persyaratan tersendiri. Untuk beasiswa StuNed, misalnya, pelamar harus memiliki IPK minimal 3,00 dalam skala 4,00.
Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik juga disyaratkan, dibuktikan dengan hasil TOEFL IBT di atas 80 atau nilai IELTS minimal 6,0.
Sebagai pembanding, bisa ditengok beasiswa Netherland Fellowship Programme (NFP). Tak seperti StuNed yang khusus dibuka untuk pelajar Indonesia, NFP ditawarkan pula kepada pelajar dari 51 negara berkembang.
Proses penyaringan pun tidak dilakukan tim seleksi di Indonesia, tetapi langsung oleh tim universitas tujuan di Belanda.
"Prosesnya, mahasiswa daftar dulu ke universitas sesuai program studi yang diinginkan. Setelah diterima, mahasiswa mengajukan permohonan NFP ke universitas. Selanjutnya, universitas melanjutkan permohonan yang telah lolos penyaringan awal ke kantor Nuffic di Den Haag," ungkap Inty.
Prosesnya tak berhenti di situ, Nuffic Neso pusat di Den Haag akan mendistribusikan permohonan tersebut ke kedutaan di masing-masing negara asal calon mahasiswa. Kemudian, kedutaan terkait akan melihat dan memberikan rekomendasi kembali ke Den Haag.