Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Penyesalan

Kompas.com - 30/04/2017, 08:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

Mata ayahnya menatap Andy dalam-dalam, mulutnya komat-kamit seperti ingin menyampaikan sesuatu, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Pada saat itu juga ayahnya meninggal di pangkuan Andy!

Dalam buku itu, Andy menulis, "Kalau ada yang masih kusesali sampai hari ini, ayah pergi dalam kondisi kami sedang bertengkar...."

Ahli kimia Alfred B Nobel (1833-1896)  asal Swedia, seorang penemu dinamit, mengalami juga penyesalan dalam hidupnya.

Pada tahun 1866, Nobel menemukan bahan peledak yang berfungsi untuk pengeboran, peledakan batu, pertambangan, dsb. Bahan peledak ini dinamainya dinamit. Bahkan kemudian dinamit ini memiliki detonator, alat pemicu ledakan.

Penemuan dinamit  ini mengilhami pihak militer untuk dipakai dalam perang. Faktanya memang dinamit dipergunakan sebagai senjata perang yang membunuh ribuan manusia di muka bumi.

Maka menyesallah Nobel atas penemuannya ini. Penemuan yang disalahgunakan yang membuat banyak orang menderita.

Akhirnya, dalam surat wasiat Nobel yang dipublikasikan pada tahun 1888, ia memberikan sebagian hartanya untuk dipergunakan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan perdamaian di dunia. Dari sinilah tradisi penganugerahan Hadiah Nobel yang berlangsung hingga sekarang!

Makna penyesalan

Psikolog Graham Loomes dan Robert Sugden mengemukakan tentang Teori Penyesalan (Regret Theory). Teori tersebut mengatakan bahwa penyesalan terjadi karena berbedanya antara yang diharapkan dengan kenyataan yang diterima.

Menurut Marc Muchnick dalam buku No More Regrets! Create  A Better Tomorrow Today (2011), disebutkan bahwa (1) penyesalan berkaitan dengan segala hal yang telah terjadi, namun kejadian tersebut sama sekali tidak diharapkan. Sebaliknya, (2) mengharapkan sesuatu hal terjadi, tetapi malah tidak menjadi kenyataan.

Kedua poin ini memiliki sisi yang sama, yaitu kegagalan. Gagal menolak kenyataan yang terjadi, gagal pula mendapat yang diingini. Hasilnya rasa kecewa yang berujung penyesalan.

Dari ketiga kisah nyata Dani, Andy Noya, dan Alfred Nobel tampak terlihat adanya penyesalan dan rasa bersalah. Mereka menyesali apa yang sudah terjadi. Akibatnya, timbul rasa bersalah pada diri sendiri.

Rasa bersalah

Psikolog Clyde M Narramore dari Columbia University membagi dua jenis rasa bersalah, yaitu rasa bersalah obyektif dan rasa bersalah subyektif. Rasa bersalah obyektif terjadi karena melanggar hukum. Sedangkan rasa bersalah subyektif terjadi karena timbul rasa bersalah pada diri sendiri.

Narramore juga membagi rasa bersalah dalam beberapa karakteristik, di antaranya perasaan depresi (feeling of depression), sebuah perasaan bersalah terus-menerus yang menyalahkan diri sendiri. Kemudian ada yang disebut penghukuman diri sendiri (self-condemnation), terus-menerus mengutuk diri sendiri karena telah melakukan kesalahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com