Jangan Lupakan SMK...

Kompas.com - 29/08/2017, 17:58 WIB
M Latief

Penulis

Bambang mengapresiasi beberapa industri yang terus ikut "menggodok" kurikulum di SMK-SMK di seluruh Indonesia. Salah satunya seperti yang dilakukan Samsung Electronics Indonesia.

Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Selasa (29/8/2017), Samsung meresmikan program Samsung Tech Institute (STI) di 20 Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Timur. STI memberikan pelatihan dasar elektronika untuk memperkaya kurikulum di 20 SMK tersebut.

Ke-20 SMK tersebut adalah SMK AI Huda Kediri, SMK Islam 1 Blitar, SMK Ma'arif Batu, SMK PGRI 1 Pasuruan, SMK PGRI 1 Nganjuk, SMK Taruna Balen Bojonegoro, SMK Turen Malang, SMK Muhammadiyah 1 Nganjuk, SMK Muhammadiyah 1 Surabaya, SMK Muhmmadiyah 2 Genteng Banyuwangi, SMK Muhammadiyah 5 Babat Lamongan, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang, SMK Negeri 1 Gempol Pasuruan, SMK 2 Negeri Malang, SMK Negeri 1 Geger Madiun, SMK Walisongo 2 Gempol, SMK Negeri 1 Bandung Tulungagung, SMK Negeri 1 Bendo Magetan, SMK BP Subulul Huda Madiun, dan SMK Negeri 1 Wonosari Madiun.

STI memberikan pelatihan dasar elektronika untuk memperkaya kurikulum di SMK-SMK tersebut. Pada program ini STI menyediakan kurikulum pelatihan perbaikan telepon selular yang sejajar dengan keterampilan dasar yang ditetapkan oleh Samsung Service Center.

Terhitung dari 19 SMK yang mengikuti program STI, hanya SMK Negeri 1 Wonosari Madiun, yang secara khusus mendapatkan kurikulum lengkap dari Samsung. Kurikulum itu mencakup perbaikan audio video dan home appliances seperti TV, kulkas, AC dan mesin cuci.

"Kami menyambut baik program ini, karena dampaknya besar bagi anak didik kami, terutama karena kami boleh memakai kurikulum mereka, termasuk dibantu untuk merancang workshop dan lembaran kerja untuk siswa. Ini sangat membantu," ujar Bagus Gunawan, Kepala Sekolah SMKN 2 Malang.

Hal senada juga dituturkan Puji Rahayu, Plt Kepala SMKN 1 Wonoasri, Madiun. Ada tiga kelas khusus untuk program STI di SMK percontohan ini. Tiap kelas terdiri dari 31 siswa.

"30 siswa di masing-masing kelas, ditambah 1 siswa asal Papua untuk masing-masing kelas. Ini ada kaitannya dengan program afirmasi untuk sekolah kejuruan dari pemerintah. Beberapa SMK unggulan dititipkan untuk mendidik siswa asal Papua," ujar Puji.

Kini, dia mengaku senang dan bangga siswa di sekolahnya bisa menyerap banyak ilmu dan teknologi baru di dunia industri. Bukan hanya siswa, para guru pun disiapkan untuk membekali siswa didiknya.

"Begitu lulus, siswa punya dua sertifikasi, yaitu LSP 1 dan LSP 2. Mereka sudah siap dilepas ke dunia kerja, sudah mantap," ucapnya.

Tidak semata kurikulum

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Saiful Rachman, kepada Kompas.com mengatakan bahwa untuk revitalisasi vokasional, Dinas Pendidikan Jawa Timur sendiri sudah lebih dulu menerapkan fokusnya kepada siswa SMK. Hal itu setelah adanya moratorium SMA yang menerapkan 70 persen SMK, dan 30 persen SMA.

"Kami sudah membentuk kelas-kelas khusus dan mengajak industri untuk bekerjasama dengan pihak SMK. Contohnya Kelas PJB atau Kelas Pembangkit Jawa Bali, Kelas PLN, kelas Alfa Mart, dan seperti STI ini," ujar Saiful.

Saiful mengatakan, masih banyak siswa SMK di Jawa Timur yang menganggur setelah lulus sekolah. Dari 2000 SMK di provinsi itu, 290 di antaranya SMK swasta yang umumnya juga tidak terakreditasi.

Untuk itu, lanjut dia, target Dinas Pendidikan Jawa Timur yang fokus menerapkan kelas-kelas khusus ini adalah agar seluruh lulusan SMK di provinsi itu bisa mengantongi sertifikat Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP P1). Nantinya, selain skil yang terasah dan memegang ijazah kelulusan, para siswa juga dibekali sertifikat keahliannya yang sudah teruji oleh industri.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau