Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 25/11/2017, 14:56 WIB
|
EditorKurniasih Budi

KOMPAS.com - “Saya ikutkah?” Pertanyaan itu dilontarkan sejumlah siswa SMP Negeri Momi Waren, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat, saat guru-guru mereka yang berasal dari Sulawesi Selatan hendak pulang ke kampung halamannya.

Saat itu, menjelang hari raya Idul Fitri. Sahril Anci pendidik asal Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan bersama satu guru lainnya asal Gowa berpamitan pada siswa-siswa. Kumpul bersama keluarga besar di Tanah Celebes pada hari lebaran merupakan kerinduan yang telah ia pendam sekian lama.

Namun, pertanyaan dari anak-anak didiknya membuatnya resah. Ada perasaan haru. Anak-anak itu ingin pergi bersama gurunya, pulang ke tanah seberang. Mereka enggan melepas guru yang setiap hari mengajar mereka di sekolah.

“Mereka ingin ikut ikut, tidak mau berpisah dari guru. Pertanyaan itu merupakan ungkapan mereka bahwa mereka senang dengan guru-guru itu. Saya dibutuhkan di situ,” tutur Sahril di sela Seminar Nasional Membangun Pendidikan Karakter melalui Keteladanan Guru Pendidikan Dasar dalam peringatan Hari Guru Nasional 2017 di Hotel Ambara, Kamis (23/11/2017) malam.

Sahril Anci merupakan satu dari sekian banyak Guru Garis Depan (GGD) angkatan pertama yang ditugaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Ia mulai mengajar sejak 2015 hingga saat ini.

Sebelum menjadi GGD, ia merupakan alumni angkatan pertama Program Sarjana Mengajar di Daerah 3T (SM3T). Saat itu, ia bertugas mengajar anak-anak di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

Seorang Guru Garis Depan Sahril Anci bertugas di SMP Negeri Momi Waren Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Ia merupakan satu di antara sekian banyak Guru Garis Depan angkatan pertama yang ditugaskan ke Papua Barat.Dok. Sahril Anci Seorang Guru Garis Depan Sahril Anci bertugas di SMP Negeri Momi Waren Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Ia merupakan satu di antara sekian banyak Guru Garis Depan angkatan pertama yang ditugaskan ke Papua Barat.

Ia mengaku tertantang mengajar anak-anak di pedalaman Papua Barat. Oleh karena itu, sejak lulus kuliah ia mengikuti program itu. “Pendidikan bukan hanya untuk orang-orang di kota,” katanya.

Keinginan belajar anak-anak di Manokwari Selatan sangat tinggi. Sayangnya, jumlah tenaga pengajar masih kurang.

Dengan siswa berjumlah 76 orang di SMP Momi Waren, guru yang melayani hanya 9 orang. Kekurangan guru itu disiasati dengan mengajar sejumlah mata pelajaran. Seperti Sahril yang mengajar Bahasa Inggris dan prakarya.

Anak-anak Manokwari Selatan telah terbiasa membuat noken di lingkungan keluarganya. Guru-guru di sekolah mendukung mereka agar mengembangkan keterampilan itu. Salah satu tujuannya, melestarikan noken khas Manokwari Selatan dan memiliki daya jual.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+