Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digitalisasi, Upaya Menjaga "Harta Karun" Pencinta Alam Indonesia

Kompas.com - 17/12/2017, 22:53 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Yayak M Saat tampak fokus mengarahkan pandangannya ke alat. Dengan cekatan tangannya lalu menyusun bingkai-bingkai slide positif foto ke dalamnya.

Semuanya foto-foto "zaman doeloe" kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Dari foto tahun 1970-an sampai akhir era 1990-an. Warnanya rata-rata sudah terlihat memudar, tapi masih terlihat jelas.

Yayak lalu menekan tombol alat pindai itu, dan sekelebat muncul cahaya. Tak lama berselang, foto dari slide positif itu muncul di layar komputer.

"Foto-fotonya masih bagus-bagus. Cuma, ya itu, sudah memudar. Sekarang ini masih tahap scanning slide," kata Yayak, Koordinator Teknis Tim Digitalisasi Dokumentasi Mapala UI, saat ditemui di rumahnya, akhir November 2017 lalu.

Saya sendiri sebelumnya memang sempat melihat beberapa kali proses digitalisasi foto-foto berbentuk slide positif. Yayak bercerita, perlahan-perlahan foto-foto itu berhasil dialihmediakan.

"Kalau foto slide sudah berhasil dipindai semua. Jumlahnya sekitar 9.000-10.000 buah untuk slide positif, foto tercetak 4.000-5.000, slide negatif ada 3.000. Ini karena baru beberapa hari dikerjakan," kata Yayak.

Proses alih media foto-foto "jadoel" Mapala UI itu terus berlanjut. Foto demi foto dengan beragam obyek kegiatan bersejarah Mapala UI didigitalisasi. Beberapa di antaranya masih tercatat dalam sejarah kegiatan alam bebas di Tanah Air, antara lain Ekspedisi Puncak Carstensz 1972, Ekspedisi Seven Summit Mapala UI, Ekspedisi Sungai Tripa, dan lainnya.

Semua foto-foto itu kini hadir dalam bentuk digital. Maka, mata rantai kerusakan "harta karun" Mapala UI, dan sejarah alam bebas Indonesia setidaknya sudah terputus.

"Sebenarnya keinginan digitalisasi ini sudah ada sejak 1,5 tahun ketika mau bikin buku tentang angkatan di Mapala. Karena waktu itu kita mau pinjam foto di sekretariat, ternyata kondisinya cukup parah akibat penyimpanannya tidak bagus, sudah kelihatan mulai rusak, berjamur dan sebagainya. Memang, itu cuma persoalan penyimpanan, tapi kan itu yang umum terjadi di kelompok pencinta alam, yaitu persoalan pendokumentasian. Maka, kami bersepakat setelah buku itu jadi, kita lanjut ke foto-foto, karena ini memang harta karun Mapala UI," tambahnya.

Proses digitalisasi koleksi slide foto positif ke dalam bentuk digital. Tim Digitalisasi Dokumentasi Mapala UI Proses digitalisasi koleksi slide foto positif ke dalam bentuk digital.
Sebelumnya, potensi kerusakan masih terus berjalan jika kondisi tak terurus masih ditemukan. Tidak adanya kedekatan emosi antara anggota Mapala UI "zaman now" dan foto-foto "jadoel" disebut-sebut juga sangat berpengaruh terhadap kerusakan itu.

"Kan gak ada foto gw-nya," begitu ungkapan yang mungkin tepat.

Yayak menuturkan, semua koleksi itu ada di sekretariat Mapala UI di Kampus UI, Depok.

"Kalau foto slide itu kondisinya 30-40 persen on the way ke rusak. Ada yang berjamur parah, kalau berdebu sih sudah pasti. Kalau dibilang berdebu, hampir semuanya berdebu, dan kami berusaha membersihkan, tapi kalau jamur tidak bisa. Untuk foto negatif sedang dikerjakan. Mungkin terdeteksi sekitar 15 persen yang rusak," tambahnya.

Tak terurus

Proses digitalisasi foto-foto bersejarah Mapala UI itu membuat ingatan saya terlempar ke belakang, beberapa tahun silam ketika menyelesaikan skripsi untuk jurusan Ilmu Perpustakaan berjudul "Restorasi Digital Koleksi Foto Mapala UI".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com