Pikiran yang terdistorsi berat biasanya muncul secara konstan dan terus menerus sehingga mengantarkan seseorang mengalami depresi.
Beberapa contoh distorsi diantaranya :
- Over-Generalizing : Misalnya, karena suatu hal kita gagal mencapai sesuatu. Kita menganggapnya kita orang yang akan selalu gagal, tidak pernah bisa berhasil. Atau seseorang sedih karena putus pacaran, lalu menyimpulkan bahwa kehilangan itu akan menghancurkan hidupnya selamanya. Atau sebaliknya
- Mind Reading : Kita merasa bisa memastikan pikiran orang. “Ah pasti dia pikir saya bodoh”..”Ah pasti dia menganggap saya menyakitinya”. Padahal tidak ada bukti sama sekali orang itu menyatakan demikian.
- Catastophizing : Selalu memikirkan hasil yang terburuk. Seseorang yang akan belajar menyetir mobil, merasa menyetir akan sangat membahayakan karena bisa kecelakaan. Seseorang yang akan memulai usaha, tapi takut akan kehilangan semua modalnya.
- Fortune Telling : hal ini seperti “aku tahu pasti, aku tidak akan bisa mengerjakan soal itu” tanpa berusaha untuk mencoba. Atau karena sudah menjadi ahli dan berpikir “Aku tahu aku pasti bisa mengerjakannya”, lalu menjadi lengah, meremehkan, tidak belajar lagi.
Dalam CBT ini, prosesnya saya coba simplifikasi jadi semoga bisa dipraktekkan siapa saja. Sebelum terapi dimulai harus ada persetujuan dari semua pihak, baik Budi sendiri, pihak sekolah, dan orangtua. Sehingga proses terapi bisa berjalan lancar.
Pendampingan psikologis akan lebih sulit dilakukan dan lebih lama mencapai tujuannya apabila ada satu pihak saja yang kurang setuju, atau tidak kooperatif. Lebih-lebih bila pendampingan psikologi dilakukan untuk anak.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan goals. Tentukan tujuan bersama. Menurut saya belum terlalu perlu membahas lebih banyak soal kasus bully dan detailnya karena memang sudah tidak terjadi.
Kita lebih banyak memandang masa lalu yang positif untuk maju ke depan. Lalu saya dan Budi menentukan tujuan utama proses terapi ini adalah lulus UM (Ujian Masuk) UGM.
Sejak kelas satu Budi suka dengan pelajaran matematika dan fisika, dia pun ingin masuk fakultas teknik. Awalnya Budi ragu, tapi saya ingatkan kalau sebenarnya dia bisa. Buktinya waktu kelas satu pernah ikut semacam kompetisi atau olimpiade ilmu eksakta.
Hal yang kedua adalah, dalam setiap sesi yang diadakan sekali seminggu atau dua minggu sekali tergantung kebutuhan. Tujuan utama tadi dipecah menjadi tujuan-tujuan kecil dengan penugasan sederhana di setiap sesi yang nanti akan dievaluasi pencapaiannya di sesi berikutnya. Misalnya, menambah satu teman baru di tempat les.