BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Samsung

Zaman Sudah Berubah, Bagaimana dengan Kualitas Lulusan Sekolah?

Kompas.com - 09/04/2018, 09:47 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Siang itu, Dika Zulianto (19) sibuk memandang layar komputer jinjingnya. Dari tatapan matanya, ia tampak serius mencari informasi di sebuah laman pencarian lowongan pekerjaan. Sesekali, ia juga mengerutkan dahinya kala membaca informasi tersebut.

Selepas lulus dari sekolah menengah kejuruan (SMK) beberapa bulan lalu, Dika memang rajin berburu informasi lowongan pekerjaan. Namun, setelah lama mencari, ia tak kunjung menemukan pekerjaan yang sesuai kualifikasinya.

“Susah banget cari pekerjaan, syaratnya macam-macam”, curhat remaja yang mengambil Jurusan Administrasi Perkantoran itu.

Kisah Dika tersebut bisa saja tak hanya dialami dirinya sendiri. Masih banyak jutaan anak muda lain di Indonesia yang ingin segera bekerja selepas lulus sekolah, tetapi kesulitan karena tak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan.

Ini karena industri zaman sekarang berbeda dengan tempo dahulu. Laju perkembangan teknologi mengubah perilaku pasar atau konsumen sehingga memaksa perusahaan harus bisa menyesuaikannya.

Imbasnya kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pun ikut berubah.

Direktur Pendidikan Microsoft Area Timur Tengah dan Afrika Mark Chaban mengatakan bahwa industri pada era modern membutuhkan tenaga kerja yang punya skill atau kemampuan 5Cs

Lima kemampuan tersebut adalah communication (komunikasi), collaboration (bekerja sama), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), dan computational learning (penggunaan teknologi). 

“Mahir berkomunikasi, cakap dalam berkolaborasi dengan rekan kerja, berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah, kreatif mengasilkan ide dan solusi, serta mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh pekerja masa kini,” ungkap Mark Chaban, seperti dimuat technet.microsoft.com, Kamis (28/7/2016).

Pelajar di sekolah seharusnya sudah diajarkan kemampuan 5C yang meliputi communication (komunikasi), collaboration (bekerja sama), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), dan computational learning (penggunaan teknologi) untuk menunjang masa depannya.SHUTTERSTOCK Pelajar di sekolah seharusnya sudah diajarkan kemampuan 5C yang meliputi communication (komunikasi), collaboration (bekerja sama), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), dan computational learning (penggunaan teknologi) untuk menunjang masa depannya.

Namun sayangnya, sistem dan metode belajar yang digunakan saat ini kerap membuat siswa sulit untuk mengembangkan dan menguasai 5Cs. Hal ini dikarenakan, masih banyak sekolah di Indonesia yang menggunakan metode belajar konvensional atau teacher learning center.

Metode, yang tidak memberikan keleluasaan kepada anak didik untuk mengembangkan kemampuan sesuai bakat dan minatnya.

Dengan cara belajar seperti itu, maka lulusan yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan tuntutan industri masa kini sehingga berakhir menjadi pengangguran.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran Indonesia per Agustus 2017 sebanyak 7,04 juta orang. Angka tersebut naik sebesar 10.000 orang dari sebelumnya 7,03 juta orang pada Agustus 2016.

Data tersebut juga menunjukkan, jumlah pengangguran lulusan SMA dan SMK cukup menonjol. Lulusan SMA, misalnya, memiliki persentase 8,29 persen dari total pengangguran. Lebih memprihatinkan lagi, lulusan SMK menempati urutan tertinggi dengan persentase 11,41 persen.

Memanfaatkan teknologi

Padahal, pada era modern seperti saat ini, sekolah bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi digital untuk mengembangkan kemampuan anak didik.

Terlebih pelajar masa kini merupakan generasi Z. Generasi yang akrab dengan gadget dan internet karena lahir pada saat kedua teknologi ini sedang merajalela.

Mereka menggunakan perangkat tersebut tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai sumber informasi, mempelajari hobi, memecahkan masalah, hingga sumber informasi.

Oleh karena itu, sekolah sebaiknya bisa menerima gadget dan internet ke dalam kegiatan belajar mengajar (KBN).

Anak-anak sedang menggunakan gadget di kelasshutterstock Anak-anak sedang menggunakan gadget di kelas

Sebagai contoh, guru bisa mengajak anak didik bermain game asah otak di gadget untuk mengembangkan kemampuan critical thinking dan problem solving-nya.

Lalu, menonton tayangan-tayangan inovatif di YouTube seperti “5-Minute Crafts” dalam upaya melatih anak berpikir kreatif dan out of the box.

Adapun untuk mengembangkan kepiawaian berkomunikasi anak, guru bisa memanfaatkan beragam platform digital seperti YouTube, Wordpress, atau Blogger.

Caranya adalah dengan memberikan tugas-tugas, seperti menulis artikel di blog, membuat vlog atau bahkan film pendek dengan dialog bahasa Inggris. Setelah itu, siswa bisa mengunggahnya di platform tersebut.

Metode-metode itu bisa digunakan apabila proses belajar mengajar di kelas telah didukung perangkat teknologi digital. Kelas seperti ini salah satunya terdapat di Samsung Smart Learning Class (SSLC).

Di kelas tersebut, siswa-siswi menggunakan tablet yang sudah terkoneksi dengan internet sebagai media belajar. Tablet juga sudah dilengkapi dengan e-learning beberapa mata pelajaran, aplikasi perpustakaan digital, dan aplikasi bimbingan belajar online sebagai media belajar.

Adapun guru di sana mempunyai peran penting untuk memastikan perangkat itu digunakan secara tepat dan sehat.

Nah, dengan cara didik seperti itu tentu akan membuat proses belajar dan mengajar di kelas menjadi lebih interaktif dan menyenangkan. Peserta didik pun jadi lebih semangat belajar dan mudah menyerap materi.

Alhasil, sekolah bisa menghasilkan lulusan berkualitas yang sesuai dengan tuntutan industri masa kini. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka bisa membuka lapangan kerja baru di masa mendatang.

 


Terkini Lainnya

Melampaui Angka: Membangun Kualitas Pendidikan yang Bermakna

Melampaui Angka: Membangun Kualitas Pendidikan yang Bermakna

Edu
Beasiswa Bank KEB Hana bagi Mahasiswa S1 UGM, Ada Bantuan Rp 10 Juta

Beasiswa Bank KEB Hana bagi Mahasiswa S1 UGM, Ada Bantuan Rp 10 Juta

Edu
Dosen Unair Beberkan Cara Meningkatkan BUMdes lewat Desa Wisata

Dosen Unair Beberkan Cara Meningkatkan BUMdes lewat Desa Wisata

Edu
Gaji PNS Naik 2024, Lulusan SMA-S1 Kemenkumham Per Bulan Dapat Segini

Gaji PNS Naik 2024, Lulusan SMA-S1 Kemenkumham Per Bulan Dapat Segini

Edu
Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024: Prioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024: Prioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Edu
Kuliah Umum Unkris Angkat Peran Yayasan Pendidikan Lahirkan Alumni Berkualitas

Kuliah Umum Unkris Angkat Peran Yayasan Pendidikan Lahirkan Alumni Berkualitas

Edu
Pelajar Tak Tahu Kepanjangan MPR, Pakar Unesa: Rendahnya Pengetahuan Umum Jadi Bahan Refleksi

Pelajar Tak Tahu Kepanjangan MPR, Pakar Unesa: Rendahnya Pengetahuan Umum Jadi Bahan Refleksi

Edu
Kisah Yohanes, 3 Kali Dapat Beasiswa Pemerintah, ADEM hingga LPDP

Kisah Yohanes, 3 Kali Dapat Beasiswa Pemerintah, ADEM hingga LPDP

Edu
Kartu Ujian CPNS 2024 Belum Muncul? Ini yang Harus Dilakukan Pelamar

Kartu Ujian CPNS 2024 Belum Muncul? Ini yang Harus Dilakukan Pelamar

Edu
Menanti Kemajuan Pendidikan di Era Pemerintahan Prabowo

Menanti Kemajuan Pendidikan di Era Pemerintahan Prabowo

Edu
Apakah Sekolah Kedinasan Kemenkumham Poltekim-Poltekip Masih Ada? Ini Jawabannya

Apakah Sekolah Kedinasan Kemenkumham Poltekim-Poltekip Masih Ada? Ini Jawabannya

Edu
Jadwal Lengkap Ujian SKD dan SKB CPNS Kemenkumham 2024

Jadwal Lengkap Ujian SKD dan SKB CPNS Kemenkumham 2024

Edu
Konferensi Internasional Redea Institute Soroti Kepemimpinan Etis dan Masa Depan Pendidikan:

Konferensi Internasional Redea Institute Soroti Kepemimpinan Etis dan Masa Depan Pendidikan:

Edu
Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Psikolog: Terima Kekurangan Jadi Bagian dari Diri Kita

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Psikolog: Terima Kekurangan Jadi Bagian dari Diri Kita

Edu
DPRD DKI Jakarta: Tahun 2025 Ada Rp 1,7 Triliun buat Sekolah Swasta-Negeri Gratis

DPRD DKI Jakarta: Tahun 2025 Ada Rp 1,7 Triliun buat Sekolah Swasta-Negeri Gratis

Edu
komentar di artikel lainnya
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau