OSVIA didirikan pada tahun 1879 di Bandung. Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan sekolah yang serupa yaitu MBS (Middlebare Besture School) di Malang. Sekarang sekolah ini berubah nama menjadi IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri) yang ada di Jatinangor, Bandung, Jawa Barat dan IIP (Institut Ilmu Pemerintahan) yang ada di Jakarta.
Setelah masa kolonial berakhir, sistem pendidikan kolonial ini banyak diadaptasi oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang setara, sebagai syarat untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi (Universitas). Sistem jenjang institusi pendidikan semacam ini juga dipakai dibanyak negara, sehingga seharusnya secara institusional seharusnya tidak lagi menjadi masalah.
Masalah-masalah terkait pendidikan dan kualitas pengetahuan anak muncul bukan karena sistemnya tapi karena pengambil kebijakan dan orang-orang yang ada didalamnya, apakah benar-benar mengimplementasikan pendidikan dan pengajaran dengan baik. Atau jangan-jangan seperti yang saya pernah tuliskan disini dua minggu yang lalu, justru mengkhianati visi pendidikan nasional itu sendiri.
Seharusnya pendidikan nasional itu seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara yaitu untuk membuka batin (rasa-spiritual), memerdekakan pikiran (cipta) dan membangun kemandirian (karsa), tapi yang terjadi adalah sekolah sebagai sarana pemuas nafsu materialisme.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.