KOMPAS.com - Tiga simpul penting pendidikan atau 'trias didactica' memegang peran penting dalam pembangunan karakter bangsa yakni Pancasila.
Siswa sebagai sentral dalam proses pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari 3 simpul penting pendidikan yakni sekolah, orangtua dan lingkungan atau masyarakat.
'"Trias didactica' sangat memegang peranan penting dalam Pengembangan Pendidikan Karakter (PPK), termasuk membangun karakter bangsa: Pancasila," jelas Robertus Budi Setiono S.Pd MM, Direktur Global Sevilla School kepada Kompas.com di sela-sela acara Buka Puasa Bersama siswa Global Sevilla School unit Pulo Mas, Jakarta (31/5/2018)
Acara buka puasa ini, tambahnya, adalah salah satu perwujudan komitmen sekolah untuk menumbuhkan semangat kebhinnekaan.
Dalam acara buka puasa yang sudah menjadi tradisi sejak sekolah ini berdiri, seluruh siswa, guru dan karyawan terlibat tanpa memandang agama. Murid-murid bukan beragama Islam pun ikut menyiapkan, membawakan lagu dan mengisi acara.
Demikian pula sebaliknya saat perayaan agama lain, bergantian mereka ikut mempersiapkan dan turut merayakan bersama-sama.
Baca juga: Membumikan Pancasila
"Konsepnya mengajak anak untuk menghargai perbedaan. Walau kita berbeda suku, ras dan agama namun hakekatnya kita tetap warga negara Indonesia. Kita satu. Cinta bangsa. Cinta Pancasila," tegas Robertus.
Menurutnya, anak-anak pada dasarnya guyup atau rukun. Mereka polos. Sesama anak-anak mereka tidak melihat perbedaan dan bermain bersama.
Justru orangtua dan lingkungan lah yang membawa 'kotak-kotak' atau pembedaan ini kepada anak-anak.
"Kadang di sekolah anak-anak sudah 'lurus'. Namun orangtua atau lingkungan membuat anak menjadi radikal. Anak tinggal di tengah lingkungan yang radikal ya pasti jadi radikal," kata Robertus yang juga menguatirkan ideologi radikalisme telah masuk dalam segala bidang.
Untuk itu pendidikan karakter kebangsaan, Pancasila, harus melibatkan berbagai pihak mulai dari orangtua hingga masyarakat secara komprehensif.
Penanaman nilai Pancasila kepada generasi milenial pun memerlukan metode khusus.
"Tidak bisa one way, satu arah seperti P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) seperti zaman dulu. Bukan sekadar mendengarkan dan menghafal lalu dinilai. Harus dilakukan transformasi nilai-nilai Pancasila dalam praktek pendidikan sehari-hari," tambahnya.
Mendidik milenial harus melalui teladan dan pratek keseharian. Praktek lebih mengena bagi pendidikan generasi milenial dengan guru dan orangtua sebagai teladan.
Misal, upacara bendera yang rutin dilakukan adalah salah satu bentuk menanamkan cinta bangsa dan cinta Pancasila.