KOMPAS.com - Kebutuhan akan tenaga pengolah data atau data scientist semakin meningkat seiring kebutuhan data sebagai sumber keputusan dalam pengembangan bisnis.
Pemerintah Indonesia menargetkan lebih dari 130 juta US dari bisnis e-commerce untuk tahun 2020. Tentu peranan data scientist sangat dibutuhkan.
Selain membuka peminatan Big Data Analytics dalam program studi Sistem Informatika, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melakukan terobosan lain melalui tech incubator-nya, Skystar Ventures.
1. Program belajar online
UMN melalui Skystar Ventures membuat program belajar big data bernama DQLab. Program ini merupakan inisiasi Skystar Ventures bersama PHI Integrations salah satu konsultan big data berpengalaman lebih dari 15 tahun melakukan pemodelan dan pengolahan data.
"Program ini berlangsung selama 6 bulan dan berbasis project secara online dengan lebih dari 300 komunitas praktisi industri dan data. Harapannya, peserta DQLab dapat memiliki jenjang karier yang cerah," ujar Victor Gunawan Direktur Pengembangan Bisnis PHI Integration.
Setelah melewati 3x usability testing, program DQLab yang diluncurkan 2 bulan lalu, sudah memiliki 300 peserta dari berbagai kalangan dan negara.
2. Untuk semua kalangan
“Selama 2 bulan berjalan, peserta DQLab 60% berasal dari kalangan professional seperti manager, IT, akuntan, auditor. Sedangkan, 30% dari kalangan pelajar mahasiswa dan SMA dan 10% lagi dari kalangan akademisi seperti dosen," jelas Program Manager Skystar Ventures UMN Yovita Surianto.
Tidak hanya di Indonesia, kita juga punya peserta berasal dari Saudi Arabia dan Vietnam, tambah Yovita.
Baca juga: Kebutuhan Profesi Pengolah Big Data Meningkat Tajam, Tertarik?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.