Pada tahun yang sama, Ibu Martiana terpilih menjadi fasilitator program INOVASI. Melalui serangkaian pelatihan, Ibu Martiana mulai mengenal literasi secara lebih operasional.
Sifatnya yang tidak pernah berhenti berinovasi, membuatnya melakukan perubahan di SDN 006 Tanjung Selor. Ia menjadikan sekolah Adiwiata ini menjadi sekolah literasi.
Menurut Bu Martiana, lingkungan yang indah akan memberikan kenyamanan anak untuk belajar. Namun itu tidak cukup, jika proses pembelajaran tidak bermutu. Bu Martiana mencoba mensinergikan antara lingkungan belajar yang indah dengan kemampuan akademik siswa yang baik.
Tahun 2018 awal, Bu Martiana mulai mengembangkan program literasi di sekolah. Setidaknya ada 8 kegiatan literasi dilakukan sampai sekarang ini.
Tahun 2018 awal, Bu Martiana mulai mengembangkan program literasi di sekolah. Setidaknya ada 8 kegiatan literasi yang beliau lakukan sampai sekarang ini.
3. M. Ismail Ketua Komite SDN 013 Dusun Bulu Perindu Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan
Pak Ismail sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu. Ia dan rekan-rekannya mengolah kayu-kayu gelondongan yang sering hanyut di Sungai Kayan, menjadi papan dan produk bangunan lainnya.
Dibalik kesederhanaan, Ismail adalah pemimpin komunitas visioner. Lewat kepemimpinnya, Pak Ismail berhasil mengubah Dusun Buluh Perindu yang tersilosir menjadi pusat pendidikan.
Setahun lalu Dusun Buluh Perindu hanya dusun kecil yang terisolir. Dusun ini terletak persis di tepi Sungai Kayan. Satu-satunya akses ke sana hanya menggunakan kapal kayu kecil. Jika hari hujan, warga tidak bisa pergi kemana-mana. Begitu juga saat sungai surut, warga kesulitan beraktivitas.
Kesulitan ini juga menimpa siswa dan guru. Karena jalur keluar masuk sangat terbatas.
Bersama Bu Warsiah Kepala SDN 013 Bulu Perindu, Pak Ismail menggerakkan masyarakat membangun jembatan penghubung sepanjang 100 meter.
Tanpa dukungan alat berat dan pengetahuan teknik yang mumpuni, warga Dusun Buluh Perindu berhasil membuka keterisolasian mereka. Jembatan kayu sepanjang 100 meter berhasil menghubungkan Dusun Buluh Perindu dan Tanjung Selor.
Hal yang unik dari proses pembangunan ini, adalah keterlibatan semua warga. Bapak-bapak dan anak muda mengerjakan pekerjaan fisik, seperti menanam pondasi kayu, memasang kayu, dan lainnya.
Sedangkan Ibu-ibu bergotong royong menyediakan logistik dalam bentuk makan dan minum. Semua biaya ditanggung bersama.
Setelah selesai membangun jembatan, Pak Ismail bersama SDN 013 Bulu Perindu, menginisasi berdirinya Taman Baca Masyarakat (TBM). Mereka memanfaatkan tambangan atau pelabuhan kecil yang dulu dipakai untuk jalur keluar masuk, sebagai tempat anak dan warga membaca.
Mereka ingin anak-anak mereka punya kesempatan membaca lebih lama. Dengan senang dan banyak membaca, kemampuan dan prestasi belajar anak akan meningkat. Usaha Pak Ismail dan komunitasnya merupakan praktik Tri Pusat Pendidikan sesungguhnya.
Mereka berpartisipasi aktif membangun pendidikan di daerahnya. Hasilnya kini anak-anak Bulu Perindu bisa bersekolah setiap hari. Begitu juga guru, tidak ada kendala lagi datang mengajar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.