Belajar Praktik Baik Literasi di Kalimantan Utara

Kompas.com - 27/07/2018, 15:18 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Merayakan hari Anak Nasional (HAN), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud dan program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia ( INOVASI) kembali menggelar forum diskusi Temu INOVASI di Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/7/2018).

Dengan tema “Mendorong Minat Baca Anak Indonesia”, forum ini menghadirkan  guru dan tenaga kependidikan dari Kalimantan Utara, perwakilan pemerintah daerah serta Bunda Baca Provinsi Kalimantan Utara.

Berikut beberapa kisah praktik baik pengembangan literasi di Kalimantan Utara. 

1. Kuleh Lenjau, Guru Kelas 1 SDN 008 Baratan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Kuleh Lenjau, Guru Kelas 1 SDN 008 Baratan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Dok. INOVASI Kuleh Lenjau, Guru Kelas 1 SDN 008 Baratan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan
 

Sekolah ini berada di daerah pedesaan berjarak 45 menit dari Tanjung Selor, Ibukota Kabupate Bulungan. Berdiri di dekat tepi Sungai Kayan, salah satu sungai terbesar. Sinyal telepon seluler tidak sampai ke sekolah ini.

Sejak 1983, Pak Kuleh Lenjau (58 tahun) mengabdi di sekolah ini. Tiga tahun terakhir Ia mengajar di kelas 1. Seperti kebanyakan guru di Kalimantan Utara (Kaltara), Pak Kuleh hanya memiliki latar pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau setara SMA saat ini. 

Sebagai guru kelas awal, Pak Kuleh harus menghadapi tantangan rendahnya kemampuan siswa kelas 1 yang bisa membaca. Menurut Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) kemendikbud 2016, kemampuan membaca siswa SD Kaltara berada dua poin dibawah nilai rata-rata nasional.

Baca juga: Inovasi Menjawab Tantangan Literasi Baca Anak Indonesia

Selama bertahun-tahun, Pak Kuleh kesulitan mengajarkan keterampilan membaca kepada siswanya. Setidaknya 3-4 siswa tidak naik kelas, karena tidak mampu mengeja huruf sebagai syarat standard naik kelas.

Menurut Pak Kuleh, cara mengajar guru menjadi faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar membaca. Selama ini guru hanya menggunakan buku teks dan lebih banyak berceramah. Hal ini membuat siswa cepat bosan dan tidak tertarik untuk belajar membaca.

Pembelajaran tidak menyenangkan, menyebabkan anak-anak jarang turun (turun istilah lokal untuk menunjukkan tidak hadir ke sekolah). Setelah mengikuti berbagai kegiatan INOVASI, Pak Kuleh mulai mengubah cara mengajarnya.

Ia mulai menggunakan media pembelajaran sederhana, dan mengaktifkan anak melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Siswa menjadi lebih senang belajar dan rajin datang ke sekolah.

Keterampilan membaca mereka juga meningkat lebih cepat. Menjelang masa pensiun yang tinggal dua tahun lagi, Pak Kuleh mengaku semakin menikmati mengajar. 

2. Martiana Are, Kepala SDN 006 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Martiana Are, Kepala SDN 006 Tanjung Selor, Kabupaten BulunganDok. INOVASI Martiana Are, Kepala SDN 006 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan
 

Martiana Are adalah kepala sekolah berprestasi. Di tangan perempuan yang rajin senyum ini, SDN 006 Tanjung Selor menjelma menjadi sekolah berprestasi. Awalnya sekolah ini disebut sekolah "kadang ayam", karena tidak digemari banyak orang.

Perlahan sekolah ini berubah. Puncaknya pada tahun 2017, SDN 006 dinobatkan menjadi sekolah Adiwiata Nasional Mandiri. Ia diundang ke Jakarta untuk mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau