Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Industri 4.0 Kini Menjadi Tantangan bagi Keluarga

Kompas.com - 17/09/2018, 18:55 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Saat ini revolusi industri 4.0 tidak hanya menjadi tantangan keluarga melainkan juga telah menjadi tantangan keluarga. Isu ini bergulir dalam acara 1st International Seminar on Family and Consumer Issues mengangkat tema “Challenge Family in Asia: Present and Future” yang digelar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Institut Pertanian Bogor (IPB), 4 September 2018 lalu.

Drajat Martianto, Wakil Rektor IPB bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan mengatakan seperti halnya negara-negara lain, Indonesia menghadapi tantangan dan dampak dari revolusi 4.0 ditandai penggunaan internet tinggi.

Hadirnya siber fisik

Dunia telah memasuki revolusi industri 4.0 ditandai hadirnya sistem siber fisik, yakni sistem menggabungkan teknologi fisik dengan kekuatan siber atau internet. Teknologi komputer tak lagi sekedar perangkat fisik tapi lebih ke teknologi perangkat lunak yang berbasis internet dan kecerdasan buatan.

“Informasi beredar begitu bebas, tak hanya orangtua dan orang dewasa tapi juga menerpa anak-anak. Saat ini, anak-anak pun sudah dapat memesan makanan via gadget dengan begitu mudah," jelas Drajat seperti dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud.

Baca juga: 5 Karakter Ini Perlu Ditanamkan Sejak Dini di Sekolah

Hal ini bisa berdampak baik dan buruk dan menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga khususnya orang tua. Pengaruh gawai menyebabkan kurangnya komunikasi di antara anggota keluarga, ujarnya.

Menilik hasil survei, Drajat mengungkapkan, kurang lebih 67 persen orang Indonesia telah terkoneksi ke internet melalui handphone androidnya.

Penggunaan gawai berlebih

Tantangan sama dipaparkan pembicara seminar lain, yakni Rumaya Juhari dari Universiti Putra Malaysia, Wimontip Musikaphan dari Mahidol University Thailand, dan Alina Morawski dari Queensland University.

Permasalahan keluarga di negara mereka masing-masing kurang lebih sama yaitu masalah penggunaan gadget yang berlebihan pada anak, semakin meningkatnya single families, meningkatnya angka perceraian, mundurnya umur menikah dan menurunnya angka fertilitas.

Alina memaparkan, akibat penggunaan gadget berlebihan berdampak pada masalah berikutnya, antara lain bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan terhadap anak, obesitas, kurang olahraga, meningkatnya penggunaan obat ilegal, dan sebagainya.

Meningkatnya kekerasan anak

Masalah dan sekaligus tantangan lain yang dihadapi keluarga saat ini juga dikemukakan Euis Sunarti dari IPB. Guru besar bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga, mengatakan adanya adanya trend defungsionalisasi keluarga di Indonesia.

Salah satunya, yang mengejutkan adalah meningkatnya kekerasan di kalangan anak. Euis mengutip survei dilakukan International Center for Research on Women (ICRW) NGO Research tahun 2014 yang menemukan sebanyak 84,1 persen anak Indonesia pernah mengalami kekerasan di sekolah.

“Angka ini tertinggi diantara negara-negara lain di Asia. Selain itu, isu anak lainnya adalah anak yang terlalu terburu-buru, sibuk dan merasa sendiri dalam keramaian,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com