KOMPAS.com - Tahun ini, Singapore International Foundation (SIF) merayakan 26 tahun kolaborasinya dengan Indonesia. SIF telah membangun keberadaannya di Indonesia sejak 1992 dengan menempatkan fokus pada bidang kesehatan dan pendidikan.
Terkait hal itu, SIF menggelar "SIF Connect! Jakarta" (22/9/2018) untuk saling berbagi pengalaman kolaborasi salah satu mitra, Indonesia Bright Foundation (IBF) dalam memberikan kontribusi pendidikan di Indonesia.
Acara yang dihadiri lebih dari seratus alumni SIF menghadirkan beberapa narasumber untuk berbagi pengalaman dalam melihat nilai-nilai positif pendidikan Indonesia dan Singapura serta kolaborasi yang dapat dikontribusikan oleh setiap negara dalam kerangka persahabatan regional kedua negara.
Salah satu pembicara, Dedeh Suatini, Kepala Sekolah SMAN 2 Padalarang menyampaikan kepada Kompas.com, salah satu sharing knowledge antara Singapura dan Indonesia adalah penerapan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Baca juga: Kemendikbud dan SEAMEO Bahas Agenda Pendidikan Asia Tenggara
Dedeh adalah seorang pendidik yang berhasil mengembangkan SMAN 11 Bandung menjadi sekolah digital pertama di Indonesia saat menjalankan tugas sebagai kepala sekolah. Ia juga banyak terlibat dalam program Words on Wheels (pustaka keliling) dan Integrated Education.
"Penerapan teknologi dalam proses pembelajaran dapat menjadi solusi dalam menghadapi generasi milenial yang merupakan warga digital. Dengan teknologi, pembelajaran akan semakin menarik minat dan memberikan banyak inspirasi bagi siswa," jelas Dedeh.
Hal senada disampaikan Teguh Daniel Tampemawa, sukarelawan Singapore International yang turut serta dalam program Intergrated Education. Teguh dengan pengalaman yang dimiliki di Singapura memfasilitasi guru SMA di Bandung dalam penerapan teknologi sebagai media pembelajaran.
"Praktik pedagogi (pengajaran) dengan berbasis teknologi perlu menjadi strategi baru para pendidik dalam melahirkan para lulusan yang siap menghadapi tantangan era industri 4.0," jelas Teguh.
Menurutnya pembelajaran berbasis teknologi bukan sekadar menggunakan laptop atau gadget di kelas. "Teknologi perlu dikolaborasikan dengan strategi dan praktik pembelajaran yang mendorong siswa agar lebih mampu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan persoalan yang ada di sekitar mereka," tegas Teguh.
Dalam hal ini guru memegang peranan penting. Menurutnya, saat ini guru tidak lagi menjadi subyek pembelajaran di kelas. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, guru seharusnya menjadi mediator dan fasilitator siswa dalam mendorong siswa mengembangkan kompetensinya agar siap bersaing secara global.
Tidak hanya belajar dari pendidikan SIngapura, Budi Soehardi, pendiri Panti Asuhan Roslin di Kupang NTT, sekaligus mitra SIF di Kupang Project mengingatkan bahwa pendidikan Indonesia juga memiliki nilai positif yang harus terus dikembangkan.
"Kita memiliki keunggulan dalam pendidikan terutama dalam pengembangan karakter. Siswa dan orangtua Singapura banyak belajar mengenai pendidikan karakter, diantaranya bagaimana menumbuhkan rasa empati, berbagi hingga semangat gotong royong," jelas Budi.
Menurutnya, belajar bagaimana meningkatkan kecerdasan harus disertai pula dengan penanaman nilai-nilai positif sudah ada dalam budaya bangsa ini. Kombinasi kedua hal ini akan melahirkan generasi Indonesia yang tidak hanya cerdas namun juga memiliki karakter moral yang tinggi.
Nunung Kurniawan, pemimpin utama IBF menambahkan melalui kerjasama ini Indonesia dan Singapura bisa saling belajar satu sama lain. Kedua pihak dapat saling berbagi pengetahuan dan juga akses jaringan dalam meningkatkan kualitas pendidikan kedua negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.