KOMPAS.com - Generasi milenial adalah generasi kreatif dan pekerja keras yang diberikan akses terhadap informasi melimpah. Mereka berinteraksi dengan cara berbeda dengan generasi pendahulunya.
Mereka perlu diberikan saluran komunikasi dan wahana untuk mengalirkan tradisi dan budaya termasuk dalam penelitian dan pengembangan.
Hal inilah yang disampaikan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati dalam pembukaan acara "Science, Technology, and Art Fair 2018" yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan di Gedung Filateli, Jakarta (14/11/2018).
“Pameran ini bertujuan menarik minat generasi muda mengenal lebih dalam peran ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Dimyati seperti dilansir dari berita Kemenristekdikti. “Kami ingin bersinergi dengan beberapa pihak, khususnya generasi milenial,” lanjutnya.
Baca juga: Kemenristek Imbau Magang dan Wirausaha jadi Bagian Pendidikan Tinggi
Dimyati juga menjelaskan bahwa sangat penting menanamkan, memupuk, dan mengembangkan minat generasi milenial terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengembangan.
Ia mengharapkan dari sini pada saatnya akan membuahkan hasil berupa kemajuan daya saing bangsa dan negara Indonesia.
“Indikator keluaran riset terdiri dari publikasi ilmiah, kekayaan intelektual, dan prototype. Sejak tahun 2015 sampai dengan saat ini, sudah puluhan ribu publikasi internasional terindeks Scopus yang dihasilkan, serta ribuan kekayaan intelektual dan teknologi tepat guna yang dihasilkan," jelasnya
Untuk menampilkan output yang banyak tersebut, perlu pendekatan yang berbeda yang tidak membutuhkan tempat yang luas dan booth yang banyak,” papar Dimyati.
“Pameran interaktif yang menggunakan teknologi digital augmented reality dan video mapping sangat tepat untuk memperkenalkan Iptek kepada generasi milenial dengan pendekatan yang berbeda,” tambah Dimyati.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Ocky Karnaradjasa dalam sambutannya menjelaskan bahwa hasil riset yang ditampilkan melalui seni saat ini masih jarang.
“Kami ingin mengkoordinasikan sains, teknologi, dan seni,” jelasnya. “Sosial humaniora tetap diperhatikan karena harus seimbang, bukan hanya sains dan teknologi saja yang diperhatikan,” lanjut Ocky.
Pembukaan Science, Technology, and Art Fair 2018 dihadiri pejabat Kemenristekdikti, serta perwakilan dari lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) di bawah koordinasi Kemenristekdikti, lembaga layanan pendidikan tinggi (LLDikti), serta lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) di perguruan tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.