Kisah Inspiratif 2 Guru Membantu Anak Lamban Membaca di Perbatasan

Kompas.com - 08/12/2018, 13:37 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Apalagi sekolah Zuliawati sekarang punya sudut baca. Banyak buku-buku menarik dipajang di sana. Anak-anak itu berlomba-lomba bisa membaca, agar bisa menikmati buku-buku cerita.
Selain bimbingan khusus, Zuliawati juga menerapkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).

Belajar jadi menyenangkan

 

Pembelajaran didesain menggunakan ragam metode dan media. Anak-anak menjadi lebih aktif. “Mungkin dulu cara saya mengajar tidak membuat anak berminat belajar. Jadi sekarang saya mengubahnya agar lebih menyenangkan,”kata Zuliawati.

Dalam setahun, anak-anak Zuliawati menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Dua puluh empat anak bisa naik kelas. Mereka sudah bisa mengeja dua suku kata sederhana. Hanya satu anak yang tinggal kelas. "Itupun karena anak tersebut jarang datang ke sekolah,” tukasnya.

Seperti Zuliawati, Elok Tri Lestari juga memiliki siswa lamban membaca. Elok adalah guru honorer mengajar di kelas 3 di SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan. Sekolah ini terletak di tepi Sungai Kayan. Sungai lebarnya bisa sampai tiga kali lapangan sepakabola.

Setiap awal pembelajaran, Elok melakukan identifikasi. Ia menggunakan gambar, kata dan kalimat. Awalnya anak akan diminta membaca kalimat. Jika tidak berhasil, maka anak akan diminta membaca kata.

Selain itu anak-anak diminta memilih gambar dan kata yang sesuai. Jika kata yang ditunjuk, tidak sesuai dengan gambar, maka anak diindetifikasi tidak bisa mengenali huruf. “Dari sini saya tahu kemampuan membaca anak,” tambah Elok.

Memerhatikan perasaan anak

Elok punya dua strategi dalam membantu anak belajar membaca. Ketika jam pembelajaran, Elok menempatkan anak yang lamban membaca duduk di dekat guru. Dengan begitu Ia bisa memberikan perhatian lebih.

Selain itu Elok juga membuat tugas berbeda bagi setiap anak. Tugas itu disesuikan dengan kemampuan anak.

“Bagi anak yang cepat belajar, tugas yang terlalu mudah akan membuat mereka tidak tertantang belajar. Begitu pula sebaliknya bagi anak yang lamban belajar, tugas yang sulit akan membuatnya tidak berkembang,” tambahnya.

Di luar jam pembelajaran, Elok menyediakan waktu layanan khusus. Anak diajak membaca dengan menggunakan berbagai metode. Tetapi Elok tidak mematok hari dan jam layanan ini. Semua tergantung mood anak.

Ia selalu menanyakan kepada anak, apakah mau diberi tambahan jam belajar di sekolah. Jika anak tidak berminat, maka Elok akan menundanya.

Bagi Elok penting sekali untuk memperhatikan perasaan anak. Ia tidak ingin anak tertekan. Ia berusaha agar anak menikmati tambahan belajar membaca. Salah satunya dengan cara anak diajak belajar sambil bermain. “Saya membangun kedekatan dengan anak,” tambah Ibu satu anak ini.

Pembelajaran baca kelas awal

Elok Tri Lestari, Guru SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan menunjukkan media sederhana yang Ia buat untuk membantu anak membaca. Media itu dipamerkan dalam kegiatan Temu INOVASI di Jakarta.Dok. Inovasi Kaltara Elok Tri Lestari, Guru SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan menunjukkan media sederhana yang Ia buat untuk membantu anak membaca. Media itu dipamerkan dalam kegiatan Temu INOVASI di Jakarta.
Elok Tri Lestari, Guru SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan menunjukkan media sederhana yang Ia buat untuk membantu anak membaca. Media itu dipamerkan dalam kegiatan Temu INOVASI di Jakarta.Dok. Inovasi Kaltara Elok Tri Lestari, Guru SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan menunjukkan media sederhana yang Ia buat untuk membantu anak membaca. Media itu dipamerkan dalam kegiatan Temu INOVASI di Jakarta.

Saat ini Kabupaten Bulungan sedang menggalakkan pembelajaran membaca kelas awal. Guru-guru kelas awal dilatih untuk membantu anak-anak yang lamban membaca.

Halaman:


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau