Sementara, anak-anak di negara berpenghasilan menengah dan rendah lebih memilih mengadu kepada teman untuk meminta solusi. Pola asuh ’otoriter’ yang serba melarang adalah pangkal masalahnya.
Sebagai teknologi yang sudah masuk pada tahap ’wajib ada’ dalam kehidupan masyarakat modern, teknologi digital juga hadir dalam keluarga sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari di rumah.
Penggunaan internet dan telepon pintar menjadikan teknologi digital bukan lagi barang mewah. Keluarga kelas menengah ke bawah di Indonesia pun sudah banyak yang memiliki akses pada teknologi digital ini.
Banyak orangtua yang lebih khawatir anaknya terlibat ketergantungan pada narkoba, pergaulan bebas, atau kenakalan remaja tradisional lainnya tetapi lupa mengawasi pada bagaimana cara mereka menggunakan teknologi digital.
Dapat dikatakan, dalam masyarakat modern, teknologi digital seperti internet justru merupakan media yang kurang mendapatkan pengawasan dari orangtua karena minimnya panduan dan kurangnya pengetahuan orangtua terhadap internet.
Anak atau remaja yang mengakses internet mempunyai beberapa potensi risiko karena mereka bertemu dengan orang yang mungkin bisa membahayakan dirinya, terpapar dengan konten penyimpangan sosial, terhubung dengan pedophilia, terpapar dengan konten pornografi/kekerasan/kebencian dan hoax.
Tidak hanya itu, anak juga mengalami ancaman tereksploitasi secara komersial, terganggu privasinya, dan terhubung dengan orang yang tidak dikehendaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.