"Buku 'Dilan' terbitan Grup Mizan yang laris sebenarnya merupakan cerita era 90-an yang dibuat dengan pendekatan milenial," lanjut Pangestuningsih.
Terkait hal itu Eko Prabowo menyampaikan perlunya untuk melakukan perombakan dalam cara produksi industri buku. Era informasi memudahkan penulis untuk mematangkan ide tulisannya sehingga menghasilkan buku yang memang dibutuhkan dan diterima pasar.
Namun demikian, perubahan paradigma industri buku di era milenial ini diharapkan tidak serta merta membuat industri ini kehilangan idealisme dan tanggungjawab sosialnya.
"Buku NKCTHI ini tidak hanya membawa aspek bisnis dengan segala produk turunannya. Saya berharap buku ini dapat menjadi jawaban kegelisahan generasi milenial dengan segala permasalahannya. Saya berharap buku ini menjadi pemicu agar generasi milenial kembali cinta kepada buku dan kembali beramai-ramai ke toko buku," harap Marcella.
Ninok Leksono, penulis dan Rektor UMN menyampaikan, "Sebagai penulis kita harus berani mendekonstruksi buku. Dulu buku dianggap bermutu kalau bisa 'berdiri'. 'Berdiri' maksudnya memang benar-benar bisa didirikan karena jumlah halaman yang tebal rata-rata mencapai 700 halaman," cerita Ninok.
Hal ini tentu kurang sesuai dengan generasi saat ini. Menurutnya masyarakat kita merupakan masyarakat dengan "budaya melihat" (viewing culture) dan bukan "budaya baca". "Namun kita tetap harus berimbang, imbang dalam unsur ekonomi namun tetap mengemban tugas sebagai penulis: membangun peradaban."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.