Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelajar Indonesia Menangi Kompetisi "Coding" di Singapura

Kompas.com - 05/02/2019, 18:46 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pelajar Indonesia kembali menorehkan prestasi di ajang perlombaan internasional. Michael Hamonangan Sitorus (16), pelajar SMA Negeri 1 Ungaran, Jawa Tengah, meraih juara pertama dalam ajang Asia Pacific Top Coders Minecraft Competition.

Adapun kejuaraan ini digelar oleh Empire Code Singapura yang merupakan salah satu pusat pendidikan koding di Singapura, yang bekerja sama dengan Microsoft dan Lenovo pada 3-7 Desember 2018.

"Pada kejuaraan ini peserta disuruh membuat semacam world (dunia virtual) menggunakan aplikasi Minecraft Education Edition. Nah, world yang dibuat ini di-enhance pakai coding," ujar Michael saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (5/2/2019).

Kompetisi ini bertemakan "Teach Time in History" dengan pengujian dari aspek visualisasi, kesesuaian tema, coding, dan deskripsi karya.

"Kalau untuk penilaiannya itu 40 persen visualisasi, 50 persen coding, dan 10 persen diskripsi," ujar laki-laki yang hobi bermain game dan membaca buku ini.

Michael bercerita bahwa ia mengetahui adanya kompetisi ini karena ajakan salah satu gurunya di sekolah yang merupakan anggota komunitas Microsoft di Jakarta.

Baca juga: Coding, Kunci Peningkat Daya Saing Indonesia

Kompetisi online

Dilansir dari situs Empire Code, kompetisi ini berlangsung secara online dengan ketentuan peserta berumur 13-19 tahun.

Tahapan kompetisi ini, yakni mendaftarkan diri dan mempelajari ketentuannya, buat karya Minecraft world menggunakan aplikasi Microsoft MakeCode, kirimkan karya dengan deskripsi sekitar 150-200 kata dalam Bahasa Inggris.

Kemudian, pihak Microsoft, Lenovo, dan Empire Code akan mengumumkan ketiga pemenang untuk mendapatkan hadiah menarik.

"Tanggal 3 Desember baru diberi tema dari pihak penyelenggara, kemudian diminta membikin world dengan batas waktu lima hari," ujar Michael.

"Saya membuat world tentang perkembangan Indonesia. Ide itu saya dapat dari kehidupan sehari-hari kita yang sekarang ini sudah serba teknologi, seperti gadget, dan media sosial," tambah dia.

Kemudian, dari ide itulah timbul pemikiran bahwa Michael ingin membuat konsep kehidupan ketika teknologi itu belum seheboh sekarang ini.

Ia pun membuat world dengan konsep era prasejarah, kemudian dikembangkan sampai era globalisasi yang berkembang pesat hingga sekarang ini.

Beberapa cerita dalam aplikasinya juga menampilkan Candi Borobudur yang merupakan situs sejarah dan candi Buddha terbesar di dunia.

"Untuk Candi Borobudur itu sendiri bukti nyata kalau Indonesia pada era tersebut sudah mulai memiliki kepercayaan," ujar Michael.

Untuk memenangkan kompetisi, Michael harus melawan kurang lebih 1.500 peserta dari 20 negara se-Asia Pasifik dengan pengerjaan seorang diri.

Baca juga: Coding, Mantra Baru Milenial Masuk Keajaiban Era Industri 4.0

Pinjam laptop guru

Jelang 2 minggu sebelum kompetisi dimulai, Michael berlatih coding secara otodidak dari situs internet.

Kemudian, setelah mendaftarkan diri dalam kompetisi, Michael membagi waktu antara mengerjakan aplikasi dengan penilaian akhir semester.

"Deadline-nya lima hari tuh, tapi tiga hari pertama itu saya masih ada penilaian akhir semester. Jadi, saya baru mulai mengerjakan pada hari keempat dan besoknya langsung saya kirim, kira-kira setengah jam sebelum deadline (pukul 22.30)," ujar Michael.

Ia juga bercerita dalam membuat aplikasi ini, Michael meminjam laptop gurunya karena syarat untuk bisa ikut kompitisi harus menggunakan sistem operasi Windows 10. Sedangkan, laptopnya belum menggunakan Windows 10.

Sementara itu, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengetahui hal ini dan Michael dijanjikan akan diberi laptop dari Kominfo untuk menunjang kemampuannya.

Tak lama setelah pengiriman karya, Michael dikabarkan memenangi juara pertama dalam ajang Asia Pacific Top Coders Minecraft Competiton. Untuk juara dua dari Singapura, dan juara tiga dari New Zealand.

"Hasilnya soalnya nggak ada yang di-publish. Kalau yang punya saya saja baru disuruh buat videonya setelah saya (dinyatakan) menang," ujar Michael.

Michael mengungkapkan, ia mendapatkan Lenovo Jedi Challenges, yakni semacam gim Augmented Reality (AR) dan juga beasiswa untuk jenjang kuliah oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa.

Michael mengaku bahwa dirinya tidak pernah mengikuti olimpiade IT sebelumnya.

"Kalau olimpiade, saya ikutnya mata pelajaran matematika. Kebetulan saya juga masuk tim olimpiade matematika di sekolah," ujar Michael.

Setelah pengumuman juara 1,2,3, Michael berkunjung ke kantor Microsoft yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Ia pun mempresentasikan karyanya di kantor tersebut pada 23 Januari 2019 yang ditemani oleh kepala sekolah SMAN 1 Ungaran, dan kakak perempuannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com