Perjuangan di balik Nikmatnya Kuliah di Luar Negeri

Kompas.com - 22/04/2019, 13:26 WIB
Auzi Amazia Domasti,
M Latief

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saya pernah merasa muak karena harus seharian duduk di perpustakaan sembari membaca daftar bacaan yang seabrek. Saya merasa muram ketika winter yang dingin dan gelap ditambah harus mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Kalimat tersebut menjadi uneg-uneg salah satu mahasiswa magister asal Indonesia yang sedang menempuh studi di Jerman.

Ribuan kilometer berada jauh dari rumah dan kejenuhan menghampiri, banyak hal yang terasa berat. Namun, tekad untuk menempuh studi S-2 tentu tetap harus berlanjut.

Kisah mahasiswa tersebut dipaparkan bersama cerita dari 20 orang lebih mahasiswa lainnya dalam buku 'Perantau Ilmu Amerika-Eropa'.

Mereka adalah para mahasiswa yang kebanyakan menempuh studi magister atau doktor di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Belgia.

Nah, apakah ada juga teman Anda yang sedang kuliah di luar negeri saat ini? Terbesitkah rasa iri melihat foto-fotonya mereka di media sosial karena bisa belajar dan jalan-jalan di luar negeri?

Memang, kelihatannya sangat prestisius dan menyenangkan. Tapi, tunggu dulu, sebenarnya ada beragam cerita perjuangan mahasiswa demi melanjutkan kuliah di luar negeri. Itu bukan hal gampan!

'Perantau Ilmu Amerika-Eropa' adalah buku yang mengupas pengalaman masing-masing pelajar Indonesia dengan cukup lengkap. Berikut beberapa catatan perjuangan yang bisa dirangkum dan perlu diketahui di balik "nikmatnya" kuliah di negeri orang.

Perjuangan pendaftaran

Bagaimana sih cara mendaftar kuliah S-2? Jika Anda masih bertanya seperti itu ke teman Anda, bisa disimpulkan Anda belum benar-benar niat dan mempersiapkan diri untuk meraih S-2.

Jawaban dari pertanyaan tersebut dengan mudah dapat ditemukan melalui mesin pencari Google.

Umumnya, syarat mendaftarkan diri untuk S-2 adalah memiliki transkrip nilai yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, personal statement essay, surat rekomendasi, dan nilai IELTS atau TOEFL.

Ilustrasi mahasiswa internasional.Shutterstock Ilustrasi mahasiswa internasional.
Skor IELTS yang dipertimbangkan yaitu 6,5. Beberapa mahasiswa bercerita kalau belajar Bahasa Inggris, khususnya untuk mencapai skor IELTS yang diinginkan, perlu banyak latihan.

Belum lagi harus pandai pula mengatur waktu belajar IELTS di antara kesibukan lain seperti bekerja dan mengurus keluarga.

Setelah persyaratan lengkap dan mendaftar, maka yang ditunggu selanjutnya adalah surat penerimaan atau Letter of Acceptance (LoA). Tentu menyenangkan kalau Anda berhasil mendapat LoA. Tapi, ada juga cerita mahasiswa yang tidak diterima alias tidak dapat LoA dari universitas pilihannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau