Masuk Era Revolusi Industri 4.0, Butuh 10 Keterampilan Ini

Kompas.com - 09/07/2019, 19:37 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menghadapi era revolusi industri 4.0, pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu negara. Diperlukan pendidikan sebagai bekal agar SDM tersebut memiliki kualitas untuk mampu bersaing dengan ketat.

Selain itu, keterampilan dan kepemimpinan seseorang juga berpengaruh pada kemampuan bertahan dalam era transformasi teknologi yang begitu cepat.

Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengungkapkan, berdasarkan informasi dari World Economic Forum, ada 10 keterampilan yang dibutuhkan seseorang memasuki tahun 2020.

10 keterampilan

Ke-10 keterampilan itu yakni pemecahan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen orang, dan koordinasi dengan orang lain.

Kemudian, ada juga kecerdasan emosional, penilaian dan keputusan, orientasi pada layanan, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.

Baca juga: Kemendikbud Gelar Latihan Kepemimpinan bagi Siswa SMP

“Dalam revolusi industri 4.0, semua hal itu akan berkaitan, perlu perubahan sistem yang besar. Harus diubah secara sistemik, tidak bisa sendiri-sendiri. Ini yang menjadi tantangan terbesar di Indonesia,” ujar Mari dalam diskusi bertema “Future Skills for Future Leaders” di Jakarta, pekan lalu.

Agar bisa tampil menjadi pemimpin, seseorang harus bisa belajar mendengar dan membuka pikiran terhadap kondisi di sekitarnya. Hal itu membutuhkan akal dan perasaan.

Selain itu, kemauan untuk keluar dari zona nyaman juga menjadi salah satu kunci untuk melakukan perubahan.

Observasi langsung

Dia pun menceritakan pengalamannya ketika menjadi Menteri Perdagangan yang harus terjun langsung ke pasar tradisional untuk melakukan observasi lapangan tentang harga pangan, padahal sebelumnya dia mengaku jarang pergi ke pasar.

Namun, hal itu harus dikerjakan untuk mengetahui secara langsung kondisi riil di lapangan sehingga bisa dicari solusi jika terjadi masalah.

“Memecahkan masalah dengan observasi langsung. Open will, mau enggak melakukan perubahan. Hilangkan bias yang lama dan comfort zone,” imbuh Mari.

Dia menambahkan, perubahan itu harus dilakukan bersama-sama dengan semua pihak terkait. Sebab, untuk mengubah cara kepemimpinan tidak bisa sendiri-sendiri dan sektoral, tetapi harus dilaksanakan secara kolektif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau