Hingga saat ini, hasil inovasi dari 3 mahasiswi ini masih dalam tahap uji coba hasil dan belum diimplementasikan secara massal.
Penelitian yang lolos mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti diharapkan dapat diaplikasikan sehingga dapat andil mereduksi sampah plastik di lingkungan masyarakat.
“Kami berharap penelitian ini dapat diapliaksikan secara riil dan massal. Sehingga upaya untuk mereduksi sampah dapat berjalan efektif. Selain itu, kami juga berharap hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk aplikasi lain, tidak terbatas pada pengemas jamu,” kata Pipit.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh dosen Nor Basid agar edible film dapat diaplikasikan di level yang lebih luas sehingga membantu permasalahan lingkungan terkait plastik.
“Harapannya produk edible film ini dapat diaplikasikan lebih luas sebagai pembungkus makanan yang dapat ikut dimakan dan bisa menggantikan plastik sintetis, dan sekaligus membantu mencegah pencemaran akibat limbah plastik sintetis,” ujar Nor Basid.
Menurut Nor Basid, sebelum penggunaan limbah tulang ayam, edible film biasa dibuat dengan bahan-bahan yang mengandung lipid (minyak nabati), karbohidrat atau selulosa (pati singkong, karaginan), dan protein (gelatin, tepung jagung, kacang).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.