Guru Ditantang Kembangkan Karakter Mata Pelajaran

Kompas.com - 19/08/2019, 18:29 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Menurut Woro Sri Hastuti, dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang juga tim penyusun Modul II Program Pintar, ketika siswa belajar perpindahan panas, tidak cukup hanya dijelaskan secara teori dan atau menghitung rumus.

Siswa perlu difasilitasi untuk membuat alat sederhana penahan panas.

"Misalnya, siswa ditugaskan membuat botol yang bisa membuat air panas terjaga panasnya. Mereka akan bereksprimen membuat wadah penahan panas dari berbagai bahan seperti alumunium foil, koran bekas, kain bekas, atau kardus bekas, untuk menemukan bahan yang paling bagus menjaga air tetap panas. Mereka akan belajar penerapan konsep perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari," tukasnya.

Sedangkan dalam modul pembelajaran bahasa Indonesia, dikembangkan 4 strategi memecahkan masalah pembelajaran bahasa Indonesia yang sering terjadi di kelas, yaitu, mengorganisasi informasi menggunakan graphic organizer, menulis cerpen dengan literasi visual, mengidentifikasi informasi dengan menentukan gagasan utama bacaan, dan menulis teks prosedur dengan strategi rekonstruksi kegiatan.

Kemampuan literasi

"Kami mengembangkan empat strategi tersebut untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi yang bermanfaat belajar pada semua mapel," ujar Pujito guru SMPN 2 Kudus, Jawa Tengah.

Ia menambahkan, "Misalnya, mengidentifikasi informasi yang sering muncul di kompetensi dasar kurikulum. Hanya saja siswa selama ini sering kesulitan mengidentifikasi informasi karena pembelajaran lebih banyak diceramahkan."

"Dengan pembelajaran inovatif guru dapat menggunakan media belajar melalui graphic organizer dengan pembuatan peta konsep atau diagram dapat memudahkan siswa mengidentifikasi informasi," kata Pujito 

Sedangkan pada pembelajaran literasi kelas awal, guru dilatih meningkatkan kemampuan literasi siswa melalui kegiatan membaca bersama, membaca terbimbing, dan meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan; dan salah satunya menggunakan 'buku besar'.

Pada Modul II ini juga dikembangkan materi pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berfokus pada transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah, supervisi pembelajaran, dan pengelolaan budaya baca.

Modul II ini nantinya akan dilatihkan kepada 448 fasilitator daerah tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Para fasilitator daerah tersebut selanjutnya akan melatih dan mendampingi kembali 440 sekolah dan madrasah mitra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau