KOMPAS.com - Sepanjang sejarah kehidupan umat manusia hubungan sains dan agama tidak selalu harmonis dan beriringan. Banyak orang menganggap sains dan agama adalah dua kutub saling bertentangan satu dengan lainnya.
Namun, Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School (CRIBS), Bogor, Jawa Barat justru menjadikan kekuatan sains dan agama sebagai core atau pusat dalam penguatan pendidikan akademis dan pendidikan karakter akhlak untuk siswa mereka.
"Pendidikan di sekolah kami, seluruhnya core sains dan agama. Kita buat semacam balancing. Selama ini orang beranggapan sains dan agama saling balapan. Kita bisa imbangkan. Agama perlu pengetahuan dan sains perlu agama," ujar Ari Rosandi, General Manager Cahaya Rancamaya Boarding School.
Integrasi dua hal ini diyakini akan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis namun juga memiliki karakter yang baik sehingga mampu bersaing secara global.
Salah satu upaya penguatan dua hal tersebut di sekolah yang telah berdiri selama 5 tahun ini dilakukan dengan mengintegrasikan penguatan moral dalam setiap pembelajaran mata pelajaran di kelas.
"Penguatannya dilakukan dalam setiap pelajaran harus ada pesan moral. Jangan sampai anak-anak fokus pada sains tanpa backgorund atau filter agama. Anak dijelaskan ada campur tangan Tuhan di sana dan dalam segala sesuatu di dunia ini sehingga mereka bisa tahu sains tidak berdiri sendiri," jelas Ari,
Ari menambahkan, "Pola pendidikan holistik dan integrasi ini memadukan akal dan kalbu. Jangan hanya akal, iman dan kalbu ketinggalan. Tapi juga jangan pula sebaliknya. Ini yang menyebabkan banyak muncul paham-paham berbahaya. Tanpa akal dan kalbu sulit untuk beriman."
Dengan menganut sistem pendidikan asrama atau boarding school, sekolah ini memiliki kesempatan lebih banyak untuk menguatkan kedua nilai tersebut dalam proses pembelajaran sehari hari.
Selama 8 jam siswa menjalankan pendidikan formal seperti siswa pada umumnya dan selebihnya mereka berkesempatan belajar mandiri, kajian Al-Quran dan juga Hadist. "Hampir 95 persen siswa boarding sisanya pulang pergi di wilayah Bogor," kata Ari.
SMP dan SMA CRIBS mengembangkan pendidikan karakter di sekolah melalui berbagai macam program dan kegiatan; Tausyiah, Tahsin dan Tahfidz serta Kajian Al-Quran dan Hadist.
Baca juga: Pendidikan Karakter Sekolah Menentukan Nasib Bangsa
"Program Tahfidz atau hafalan Al-Quran disesuaikan dengan kemampuan menghafal masing–masing siswa dan diharapkan selama 3 tahun di sekolah. "Jadi biasanya saat awal sekolah orangtua dan sekolah berdiskusi target jumlah hafalan yang diharapkan dicapai siswa di kemudian hari," kata Ari.
Ari juga menyampaikan pihaknya mengadakan 3 kali tausyiah yaitu setelah sholat Subuh, Dzuhur dan Isya dan diisi oleh para siswa sebagai sarana menyampaikan ilmu yang didapatkan di sekolah dan asrama.
Hal ini sekaligus bertujuan melatih kemampuan siswa berbicara di depan umum dan melatih kepercayaan diri.
Program bahasa Arab juga menjadi salah satu bahasa internasional yang berlaku di sekolah yang menempati area seluas 1,2 hektar ini baik melalui Pelajaran Agama Islam, Pelajaran Bahasa Arab maupun kegiatan ekstrakulikuler sekolah.