Ali pun mengungkapkan, tercatat 172 orang diaspora yang melamar untuk mengikuti SCKD tahun ini. Namun, tidak semuanya bisa ikut karena keterbatasan dana dari pemerintah. Maka dari itu, mereka diseleksi hingga akhirnya terpilih 52 diaspora.
“Acara diaspora ini yang melamar 172 orang, tapi dievaluasi karena dana terbatas. Mereka dipilih yang punya track record bagus dan melakukan kerja sama dengan Indonesia ada dampak atau outputnya. Itu yang jadi referensi,” jelasnya.
Untuk pendaftar dari dalam negeri ada lebih dari 2.500 orang. Mereka pun diseleksi karena keterbatasan dana dan kapasitas, hingga akhirnya yang diterima hanya sekitar 700 orang.
Selain itu, diundang pula post doctoral yang dimaksudkan untuk regenerasi ilmuwan sehingga lebih dikenal masyarakat. Sebab, selama ini umumnya kebanyakan orang Indonesia hanya tahu segelintir ilmuwan, misalnya BJ Habibie.
Ali menginginkan nantinya diaspora memiliki program beasiswa untuk memberikan kesempatan kepada para ilmuwan muda bisa menjalani studi dan mengembangkan karier di luar negeri.
Dengan demikian, jumlah ilmuwan dan diaspora bekualitas dari Indonesia akan semakain banyak dan tersebar di berbagai penjuru dunia.
“Kita ingin ada program beasiswa diaspora. Kita bisa pilih berbagai universitas di dunia. Jadi agen-agen diaspora yang sudah ada memberi bimbingan, bikin koneksi, dan jaringan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.