KOMPAS.com - Pembelajaran mata pelajaran (mapel) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) identik dengan kesan serius. Seolah belajar kelas IPA, siswa dituntut untuk serius membaca, menghafal atau menghitung rumus.
Namun suasana berbeda justru terjadi saat pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Balikpapan, Kalimantan Timur. Siswa kelas empat MIN ini justru terlihat antusias, gembira dan senang belajar IPA di kelas yang diampu oleh guru mereka, Wiwik Kustinaningsih.
Wiwik tengah mempraktikan konsep pembelajaran "MIKIR" yang ia peroleh melalui pelatihan Tanoto Foundation melalui Program Pintar.
Melalui konsep "MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) siswa didorong membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran berbasis konsep MIKiR ini, siswa difasilitasi melakukan kegiatan atau mengamati saat pembelajaran berlangsung. Inilah yang dilakukan Wiwik saat mengajak siswnya melakukan eksperimen membuat senter dalam salah satu pembahasan mapel IPA.
Praktik ini Wiwik lakukan untuk pembelajaran mapel IPA kelas empat tema dua yakni tema perubahan energi kimia menjadi energi cahaya.
Baca juga: FLS2N 2019: Perkuat Pendidikan Non-Akademik Jadi Bagian Pembelajaran
Belajar tentang perubahan sumber energi menjadi sangat menarik bagi siswa karena bukan hanya teori dan sekadar membaca yang dipelajari, tapi siswa diajak praktik secara langsung membuktikan perubaham energi dari baterai menjadi energi cahaya.
Awalnya orangtua pun sempat ragu apakah anak-anak bisa membuat senter sederhana di kelas. Banyak orangtua justru membawakan senter yang "hampir jadi" dari rumah.
Namun, bukan itu yang diharapkan Wiwik. Wiwik akhirnya mengulang kembali dan mengajak siswanya membuat dan merakit dari awal senter sederhana sederhana tersebut.
Untuk tahapan, pertama Wiwik mengajak siswa membaca bacaan tentang sumber enegi dan perubahan. Selanjutnya Wiwik membagikan lembar kerja siswa.
Siswa secara berpasangan mengerjakan lembar kerja yang telah diterima. Siswa menyiapkan alat dan bahannya yang dibawa dari rumah antara lain: bohlam senter, kabel, dua buah baterai, kertas tebal atau kardus bekas susu, selotip dan gunting.
Selanjutnya secara berpasangan siswa saling berdiskusi merakit senter sederhana.
Wiwik memberikan contoh mengupas kedua ujung kabel sehingga kawatnya terlihat, dan siswapun secara berpasangan mengikuti sesuai contoh yang telah Wiwik buat. Wiwik memastikan apakah para siswa telah berhasil pada tahapan ini.
Kemudian langkah selanjutnya merekatkan kabel ke ujung negatif (-) salah satu baterai menggunakan selotip. Siswa memastikan kembali kabel ketat dan tidak bergeser.
Wiwik berkeling kelas melihat hasil kerja anak-anak, dari tahapan ini ada juga siswa yang belum selesai. Di sinilah Wiwik berperan untuk membantu mereka.