#MohtaRefire, Tak Rela Melepas Prof Dr Mohtar Mas’oed Pensiun dari UGM…

Kompas.com - 07/11/2019, 20:50 WIB
Ana Shofiana Syatiri

Editor

“Pak Mohtar keluar kelas, membanting pintu. Kelas selesai. Tapi sejak saat itu, tidak ada mahasiswa yang terlambat kelas Pak Mohtar,” ujar Poppy yang mengaku 26 tahun mengenal Mohtar Mas’oed.

Poppy juga mengaku senang, mata kuliah yang dibawa Mohtar Mas’oed sejak balik dari Amerika pada 1983 tetap dipertahankan ada. Yakni, ekonomi politik internasional.

Luki Aulia lebih personal menceritakan kehidupan Mohtar kala di rumah. Menurut wartawan harian Kompas itu, bapaknya adalah orang yang selalu bangun jam 3 pagi.

“Bapak bangun jam tiga subuh, buka laptop, baca buku, sampai jam sarapan,” kata Luki.

“Menurut bapak, dia jadi punya waktu untuk berpikir, apa yang sudah dilakukan dan hari ini mau apa,” kata Luki menambahkan.

Bagi Luki, bapaknya adalah inspirasi dan ensiklopedia. Dia menjadi wartawan pun karena ingin mengikuti jejak bapaknya yang selalu jalan-jalan ke luar negeri dan luar kota gratis, bisa bertemu banyak orang, dan menulis.

“Karena saya tidak pintar seperti bapak, tidak mungkin jadi dosen. Pekerjaan yang kerjanya seperti bapak, jalan-jalan dibayari gratis, ya wartawan,” kata Luki.

Semua yang hadir tertawa dan memberi tepuk tangan. Mohtar dan istrinya, Yayuk, ikut tersenyum mendengar guyonan Luki Aulia tersebut.

Luki mengatasnamakan keluarga berharap bapaknya itu bisa menjaga kesehatan meski setelah pensiun tetap sibuk menerima tawaran mengajar.

“Merawat Pertanyaan Pertanyaan”

Pada kesempatan tersebut, sempat diputarkan film singkat mengenai Mohtar Mas’oed. Film tersebut berjudul “Merawat Pertanyaan Pertanyaan” karya sutradara film Yosep Anggi Noen.

Dalam film yang sebagian hitam putih tersebut, menggambarkan sosok Mohtar Mas’oed yang menceritakan tentang awal ketertarikannya pada jurusan hubungan internasioal.

Lahir di daerah terpencil bernama Dampit, Malang, Jawa Timur, Mohtar muda tertarik dengan bahasa Inggris yang biasa didengarnya dari radio Australia. Selain itu, sejumlah pemuda di kampungnya juga suka bepebergian dengan kapal pengangkut kopi menuju Jerman.

Mohtar muda pun tertarik bepergian ke luar negeri, melihat dunia luas. Saat itu, dia berpikir mengenai sekolah yang bisa membuatnya bepergian ke luar negeri. Oleh karenanya dia memilih kuliah di jurusan internasional.

Baca juga: Menurut Guru Besar UGM, Ada Echo Chambering dalam Sinisnya Warganet pada Wiranto

Di dalam film berdurasi singkat tersebut, dia juga menceritakan mengenai pentingnya pendidikan.

“Pendidikan tidak menbuat orang pintar. Pendidikan itu membuat orang tidak pintar menjadi pintar. Fasilitator. Kalau orang yang difasilitasi tidak berubah, ya dia tidak berubah,” kata pria yang memiliki 4 anak dan tiga cucu itu.

Suami dari Suwarni Angesti Rahayu ini juga menceritakan pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dalam pemikirannya, sejak dulu hingga saat ini.

#MohtaRefire, bukan #MohtaRetire

Meski harus pensiun sebagai PNS di UGM, namun para mahasiswa Hubungan Internasional UGM menolak menyebut Mohtar Mas'oed pensiun. Mereka meminta seluruh mahasiswa HI UGM untuk meramaikan #MohtaRifire di media sosial.

Selain itu, para mahasiswa dan mantan mahasiswanya memberi kaos abu-abu bertuliskan "Refire, Not Retire" sebagai simbol dukungan mereka agar Prof Mohtar tetap mengajar.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau