Skor PISA Melorot, Disparitas dan Mutu Guru Penyebab Utama

Kompas.com - 07/12/2019, 13:52 WIB
The Conversation,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Tingkat literasi yang rendah merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa karena sebagian besar keterampilan dan pengetahuan yang lebih mutakhir diperoleh melalui kegiatan membaca.

Masyarakat pembaca yang terampil—mampu membaca, memahami, mengevaluasi, dan menyaring informasi—akan dapat menuai manfaat sebesar-besarnya dari sumber bacaan.

Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas negara, yaitu jumlah output yang dihasilkan negara tersebut dalam suatu periode.

Produktivitas yang rendah akan memengaruhi tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita, yaitu tingkat pendapatan semua orang di sebuah negara jika terdistribusi secara merata.

Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan.

Hasil studi program RISE–The SMERU Research Institute memprediksi bahwa rerata kemampuan membaca siswa Indonesia hanya akan setara dengan rata-rata kemampuan siswa di negara OECD pada 2090 bila tidak ada upaya serius memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.

Guru yang hambat belajar

Salah satu aspek yang dipelajari dalam studi PISA untuk menjelaskan capaian belajar siswa adalah kualitas guru. Studi PISA mendapatkan informasi dari kepala sekolah dari sekolah-sekolah yang siswanya berpartisipasi dalam PISA mengenai karakteristik guru yang menghambat siswa belajar.

Hasil studi PISA 2018 menunjukkan setidaknya ada lima kualitas guru di Indonesia yang dianggap dapat menghambat belajar, yaitu:

  • Guru tidak memahami kebutuhan belajar siswa
  • Guru sering tidak hadir
  • Guru cenderung menolak perubahan
  • Guru tidak mempersiapkan pembelajaran dengan baik
  • Guru tidak fleksibel dalam proses pembelajaran

PISA diujikan untuk siswa usia 15 tahun, yaitu ketika mereka berada di kelas III SMP atau awal SMA. Capaian siswa dalam PISA merupakan akumulasi belajar sejak tingkat pendidikan dasar.

Permasalahan kualitas guru ini tidak terlepas dari rendahnya kompetensi yang dimiliki guru pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

Hasil studi saya dan kolega menemukan bahwa hanya 12 persen guru sekolah dasar yang merasa menguasai materi pengajaran literasi membaca dan 21 persen yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika.

Penggalakkan Gerakan Literasi Sekolah yang diharapkan dapat mewujudkan Nawacita Presiden Joko Widodo tampaknya sulit mencapai target jika tanpa dibarengi dengan mendongkrak kompetensi guru yang tepat dalam memfasilitasi pembelajaran literasi.

Disparitas mutu pendidikan

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa ada peningkatan akses pendidikan yang signifikan di Indonesia dengan ditandai naiknya persentase penduduk usia 15 tahun yang bersekolah. Namun, peningkatan akses ini belum dibarengi dengan peningkatan kualitas.

Tes PISA yang diselenggarakan tahun lalu merepresentasikan 85 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun, sedangkan PISA 2003, misalnya, hanya merepresentasikan 46 persen penduduk Indonesia di kelompok usia tersebut.

Pada 2018, 399 satuan pendidikan dengan 12.098 peserta didik yang mengikuti PISA. Setiap provinsi ada perwakilan sampel.

Peningkatan keterwakilan ini dianggap sebagai salah satu hal yang dianggap dapat menjelaskan penurunan capaian siswa dalam PISA 2018.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan naiknya jumlah keterwakilan dalam PISA 2018 dan ketidakmerataan kualitas pendidikan nasional diduga memengaruhi hasil akhir tes PISA.

Skor siswa di daerah yang kualitas pendidikannya belum baik "berkontribusi terhadap rendahnya" skor rata-rata nasional.

Misalnya, siswa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta memiliki skor rata-rata 411 dan 410 dalam kemampuan membaca.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa DIY dan DKI dinilai setara dengan kemampuan membaca siswa di Malaysia dan Brunei Darussalam.

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau