Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehari Jadi Relawan SAR Mapala UI: Permintaan Evakuasi Itu Terus Masuk ke HP Saya...

Kompas.com - 02/01/2020, 19:55 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Di Jatimulya, suasana terlihat mencekam. Di supermarket, orang-orang berdesakan memborong bahan-bahan makanan untuk bekal mengungsi. Antrean di gerai makanan cepat saji juga mengular hingga tiga meter. Rumah makan dan ruko-ruko tutup lebih awal. Suara klakson mobil yang ingin bergerak tak berhenti.

Sinyal internet juga tak maksimal. Provider internet Telkomsel pun terkadang tak dapat digunakan untuk telepon. Proses komunikasi pun terhambat.

Langit mulai gelap. Suasana arus air yang cukup deras dan keadaan di titik jalur evakuasi semakin gelap dan tak terlihat. Sementara, mobil yang mengangkut perahu kami masih terjebak di Kalimalang. Akses alternatif yang diambil juga terputus karena banjir.

"Di daerah Kemang Pratama juga banjir parah," kata rekan tim SAR Mapala UI yang kebetulan tinggal di dekat Jatimulya, Fathan.

Dari pesan-pesan yang masuk ke handphone saya, kawasan Kemang Pratama membutuhkan banyak evakuasi. Kami langsung meluncur ke Kemang Pratama mengingat hari yang telah malam.

Saya menyempatkan untuk melaporkan situasi terkini kepada rekan editor di kantor, Sabrina. Saya mencoba terus menerus untuk menelepon tetapi gagal. Saat berhasil, beberapa informasi di lapangan saya laporkan kepada Sabrina untuk dijadikan berita.

Evakuasi di tengah hujan deras

Tim Mapala UI sedang memompa perahu untuk alat transportasi evakuasi korban banjir di Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020).KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Tim Mapala UI sedang memompa perahu untuk alat transportasi evakuasi korban banjir di Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020).

Kami datang di Kemang Pratama sekitar pukul 20.00 WIB. Hujan deras menyambut kami. Di lokasi, sudah ada beberapa unsur SAR seperti Basarnas, Adhi Karya, Global Rescue Network, dan TNI. Kami memulai berkoordinasi dengan Basarnas untuk penanganan evakuasi.

Baca juga: Terkepung Banjir di Kelapa Gading, Pasangan Ini Tetap Langsungkan Pernikahan

Bersama Adhi Karya, kami sepakat untuk membuat posko sementara di sebuah restoran Seafood yang baru saja tutup. Berbekal izin dari pemiliknya, ruangan di dalam dan luar bisa menjadi tempat sementara pendataan korban terjebak banjir yang perlu dievakuasi. Kami memprioritaskan untuk mengevakuasi bayi, anak kecil, lansia, dan ibu hamil.

Dalam waktu kurang dari satu jam, kami berhasil menyinkronisasikan data korban terjebak banjir milik Mapala UI dan Adhi Karya. Kami juga langsung menerjunkan dua perahu untuk menyisir daerah Niaga di Komplek Kemang Pratama.

Misi pertama adalah menolong dua anak kecil dan dua lansia. Hujan turun dengan deras sehingga menyulitkan kami untuk mengayuhkan dayung. Di perahu, ada dua pendayung dan satu skipper (nakhoda).

Kami tiba di rumah korban sekitar 20 menit mendayung. Sanak saudara korban berteriak sebagai pertanda untuk keluar dari rumah. Saya turun dari perahu untuk mendekatkan perahu dan membuka pintu rumah. Ketinggian air sekitar 1,5 meter.

Satu persatu anak kecil mulai dievakuasi ke atas perahu beserta lansia. Mereka menaiki tembok rumah untuk menuju perahu. Tetangga yakni lansia juga ikut dievakuasi dengan turun melalui tangga dari lantai dua. Suasana gelap gulita hanya sesekali petir yang menjadi cahaya penerang.

Kami kembali mendayung ke arah titik evakuasi awal. Arus yang kembali berarus cukup menyulitkan. Apalagi bobot di perahu semakin bertambah. Tiada kata patah arang.

"Semangat kawan," teriak kami.

Salah satu anggota Tim SAR Mapala UI saat proses evakuasi di Kemang Pramata, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020).KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Salah satu anggota Tim SAR Mapala UI saat proses evakuasi di Kemang Pramata, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020).

Setiap korban yang evakuasi kami wajibkan untuk mengisi form korban yang telah dievakuasi. Tertib dalam pendataan memudahkan keluarga korban untuk mencari sanak keluarga.

Lagi lagi, hujan deras menghantam proses evakuasi warga. Kali ini disertai kilatan petir yang menyambar-nyambar. Langit kini kontras bercahaya akibat petir.

Kami menyisir area Kemang Pratama 2 sambil berteriak untuk mencari alamat korban. Cahaya kami berbekal senter di kepala. Kami meneriakkan nama-nama korban yang terjebak banjir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com