Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yunanto Wiji Utomo
Penulis Sains

Science writer. Manager of Visual Interaktif Kompas (VIK). Chevening Scholar and Co-Founder of Society of Indonesian Science Journalists (SISJ).

Kuliah di UK dan Marah karena Cuma Dapat 70 di Penilaian Esai

Kompas.com - 04/01/2020, 09:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apakah saya puas? Jawaban singkatnya, jelas tidak.

Angka 70 ke 100 selisihnya masih 30. Artinya, masih banyak ketidaksempurnaan. Walaupun dosen memberi catatan bagus "good argument" dan "you discuss these issues very well", saya masih menemukan catatan seperti poin-poin argumen yang lemah dan referensi yang tidak cukup kuat untuk mendukung.

Saya bukan satu-satunya yang merasa tidak puas. Sejumlah teman yang saya ajak diskusi mengatakan hal yang sama, terutama yang dari Asia.

Kami menyebutnya psikologi pelajar Asia. Kalau bisa dapat 100, ya 100. Tidak ada ceritanya bangga dapat 70.

"Kalau dapat 70 bisa enggak masuk Peking University?" gurau saya ke mahasiswa China.

Dia bilang, "Gila ya kamu? Mau masuk Peking, kalau skor maksimalnya 100, ya kamu harus dapat 100 agar dijamin masuk!

Fokus pengembangan diri

Begitulah kira-kira hasil obrolan saya dengan teman dan dosen Indonesia di Inggris.

Meski di sini saya bicara soal menulis esai, poin-poin di atas juga berlaku bagi yang ingin menempuh tes IELTS.

Kriteria-krieria esai yang bagus juga berlaku di section Writing IELTS, selain juga penguasaan gramatikal dan kemampuan mengekspresikan gagasan dalam kalimat kompleks.

Ingin kuliah di Inggris? Boleh saja, tapi juga harus siap beradaptasi dengan model belajar dan tantangan yang mungkin berbeda.

Teman saya yang juga alumnus Chevening Scholarship mengatakan, yang terpenting adalah fokus pada pengembangan diri sendiri. Tidak membandingkan hasil diri kita dengan orang lain seperti yang biasa dilakukan lewat sistem rangking di Indonesia.

"Stres lho nanti," katanya.

Hal lain yang tak boleh dilupakan, kata teman lain alumni Chevening juga, adalah mencoba belajar di luar universitas dengan berwisata, berinteraksi dengan warga lokal, serta datang ke sejumlah acara sesuai.

Tiap orang punya cara sendiri untuk melakukan. Ada yang bergabung dengan organisasi pelajar Indonesia, ada pula yang lebih banyak menjajal berinteraksi dengan organisasi lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com