KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim di awal jabatannya menyampaikan prinsip gotong-royong dan kolaborasi akan menjadi kata kunci yang akan banyak mewarnai kementerian dipimpinnya.
"Kata gotong royong ini akan menjadi kata kunci di perjalanan kita bersama," tegasnya.
"Kita nggak bisa lakukan ini sendiri. Semua; pemerintah daerah, pemerintah pusat, guru, organisasi masyarakat, orangtua dan murid. Semua harus terlibat, semua harus gotong-royong untuk menciptakan kualitas pendidikan di Indonesia," ujar Menteri Nadiem kepada para jurnalis (23/10/2019).
Karenanya, peran paguyuban orangtua siswa sangat berarti bagi kemajuan sekolah. Berbagai peran bisa diambil oleh orangtua dalam mendukung peningkatan mutu sekolah.
Seperti yang dilakukan oleh Yusman Tarigan dan para anggota paguyuban kelas VII SMPN 4 Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi. Mereka bekerja sama menata kelas, mempercantik pojok baca, sampai menyediakan buku bacaan.
Baca juga: Negara Mana Memiliki Siswa Terpintar?
“Ayo bapak ibu, sekarang kita susun buku bacaan di pojok baca," teriak Tarigan mengajak para orangtua lainnya.
Para orangtua siswa kini terlibat aktif mendukung program peningkatan mutu sekolah. Hal itu terjadi setelah kepala sekolah, Tota Sinaga, membuka manajemen sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel.
Orangtua dilibatkan mulai membuat perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi program sekolah.
Seperti yang terjadi pada Jum’at sore lalu (21/12/2019), SMPN 4 Tanjabtim sangat ramai dengan orangtua bekerja di setiap kelas. Usut punya usut, esok harinya akan diadakan lomba menghias kelas dan pojok baca dengan melibatkan dukungan orangtua siswa.
Itulah cara Tota Sinaga mengajak keterlibatan orangtua siswa. Menurut Tota, seminggu sekali di sore hari secara bergantian paguyuban kelas datang ke sekolah. Mereka bergotong royong membersihkan dan menata kelas anaknya.
Mengapa para orangtua siswa tersebut mau membantu sekolah? Berikut tiga resep kepala sekolah, Tota Sinaga bisa mendapatkan dukungan orangtua.
1. Membentuk Paguyuban Orangtua Siswa (POS)
Awalnya banyak orangtua siswa kurang peduli dengan program sekolah. Setelah mengikuti pelatihan peran serta masyarakat Program Pintar Tanoto Foundation, kepala sekolah dan pengurus komite sekolah membuat strategi membentuk paguyuban orangtua siswa (POS) di setiap kelas.
“Pembentukan POS ini agar para orangtua di setiap kelas terdorong mau bekerja sama dengan guru wali kelas untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dan budaya baca di kelas,” kata Subdit Lubis, salah seorang pengurus komite sekolah SMPN 4 Tanjabtim.
Awalnya memang sulit. Banyak yang tidak memahami perlunya paguyuban kelas orangtua tersebut.
Baca juga: Belajar Nyata IPS, Siswa SDN Purwojati Telaah Masalah Kemiskinan di Desa