Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pustakawan Arda, Dicibir tapi Jadi Pelecut Prestasi Nasional

Kompas.com - 18/01/2020, 15:16 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Hidupkan komunitas-komunitas

Pada mulanya, Arda menghidupkan komunitas-komunitas yang bernaung di bawah Perpustakaan UMY, tempat dia bekerja, misalnya American Corner atau Warung Perancis.

Kemudian, ia dan komunitas tersebut kerap membuat kegiatan, baik di dalam maupun luar area perpustakaan.

Dengan American Corner, Arda terlibat dalam kampanye "Zero Straw" untuk menekan penggunaan sedotan plastik di sepanjang pantai Bantul, Yogyakarta.

Baca juga: Kisah Perjuangan Farrel, Tunanetra Raih Nilai 100 UNBK dan Masuk UGM

Kampanye tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada warga, khususnya penjual makanan, bahwa ada sedotan yang bisa dipakai berkali-kali, yakni sedotan bambu.

Meski ternyata dia mendapat banyak cibiran. "Yang namanya penjual itu, ya mencari untung, Mbak. Lha, ini tidak jadi untung, malah tekor," ujar Arda menirukan keluhan salah satu pedagang.

Selain terlibat dengan Arda dalam kegiatan seperti kampanye "Zero Straw", komunitas-komunitas tersebut juga membuat kegiatan seperti "Cross Culture" di dalam perpustakaan.

Dalam kegiatan ini, masyarakat yang terlibat diajak saling mengenal budaya luar melalui budaya dalam negeri.

"Misalnya, mengadopsi Halloween barat menjadi Halloween Timur. Ada juga yang membuat batik jumputan dengan motif-motif khas luar negeri, seperti Menara Eiffel," kata Arda.

Mampu sentuh masyarakat

Tak hanya komunitas saja, namun Arda juga menggandeng mahasiswa untuk terjun ke masyarakat. Salah satunya mendekatkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan kebutuhan warga di sekitar tempat tinggalnya.

Hal ini sekaligus menjawab keresahan terkait banyaknya PKM berkualitas yang tidak pernah sampai ke masyarakat. Arda coba menjembatani itu semua.

Contohnya, pembuatan PKM Kompor Alai atau Kompor Anti Lalai. Kompor karya mahasiswa Teknik Elektro UMY tersebut adalah kompor yang bisa memberikan peringatan dini melalui gawai.

Disitu, ibu-ibu PKK menjadi subyek sosialisasi kompor tersebut. Bagi Arda, mampu menyentuh masyarakat secara langsung di tengah rutinitas melayani sivitas akademika menjadi sesuatu yang luar biasa.

Menurut dia, hal tersebut hanya dapat dijangkau dengan menghidupkan komunitas-komunitas di perpustakaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com