Kisah Pustakawan Arda, Dicibir tapi Jadi Pelecut Prestasi Nasional

Kompas.com - 18/01/2020, 15:16 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Selama ini, orang yang bekerja di perpustakaan (pustakawan) sering digambarkan punya raut muka kaku dan serius. Bahkan profesi ini juga sering dianggap sebagai tukang cap buku.

Lebih miris lagi, ada sumber bacaan yang menyebutkan bahwa profesi ini diprediksi bakal punah di masa mendatang. Padahal, sebenarnya pustakawan punya nilai lebih.

Seperti seorang pustakawan yang satu ini. Dikutip dari Harian Kompas edisi Jumat 30 Agustus 2019, kisah menarik ini bercerita tentang pustakawan berprestasi bernama Arda Putri Winata (28).

Arda dulu tak pernah terbayang bahwa akan kuliah di bidang perpustakaan. Ternyata ini menjadi jalannya masuk Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi Tati, Kuliah Sambil Jual Makanan Ringan di Kampus

Meski tanpa berbekal banyak informasi tentang pustakawan, jurusan tersebut menjadi pilihan ketiganya dalam seleksi masuk perguruan tinggi jalur prestasi.

Ketika lulus kuliah pada 2013, Arda langsung mengawali karier menjadi pustakawan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Denpasar.

Namun 6 bulan berselang, Arda memutuskan melanjutkan studi Magister Manajemen Informasi dan Perpustakaan di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Jadi pustakawan berprestasi nasional 2019

Pada 2014, Arda melanjutkan karier pustakawannya di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hingga sekarang. Di sana, prestasi demi prestasi diraih oleh Arda.

Mulai dari menjadi Pemenang I Pustakawan Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah V 2017 hingga yang terbaru sebagai Pemenang I Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional 2019.

Hal inilah yang menjadikan profesi pustakawan adalah nilai lebih bagi dirinya. Karenanya, ketika bekerja di dalam perpustakaan, Arda selalu membuka senyum dan bercakap ria kepada setiap pengunjung.

Cara ini dia lakukan untuk menunjukkan bahwa profesi pustakawan itu tidak pernah membosankan.

Baca juga: Kisah Perjuangan Guru Pedalaman Papua, Ingin Wujudkan Mimpi Siswa jadi Orang Nomor Satu

Pustakawan punya nilai lebih

Apalagi ada cibiran profesinya akan punah, justru membuat perempuan kelahiran Timor Leste ini menjadi pelecut untuk membuktikan bahwa pustakawan punya nilai lebih.

Ia akhirnya memutuskan untuk beranjak dari balik meja kerjanya dengan berkegiatan sosial dan menolak untuk punah.

Baginya, menunggu masyarakat datang ke perpustakaan sekarang sudah tak lagi relevan. Pustakawan harus datang dan mendekat langsung ke masyarakat.

"Dengan sistem jemput bola, rasanya pustakawan bisa mendekatkan masyarakat dengan akses informasi," ujar Arda di Jakarta, Senin (19/8/2019).

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau