KOMPAS.com - Merdeka Belajar dipandang sebagai passion untuk menggali suatu ilmu yang berangkat dari kepedulian melihat sebuah kondisi keprihatinan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMA Kolese Kanisius Jakarta, Pater Drs. Eduard Calistus Ratu Dopo.
"Kami definisi tentang Merdeka Belajar, sebuah passion hasrat untuk menggali sesuatu ilmu yang dari sebuah concern keprihatinan. Kami (SMA Kolese Kanisius) punya kurikulum yang kita garap," ujar Drs. Eduard saat ditemui di sela-sela acara Presentasi Research Paper di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Senin (20/1/2020).
Adapun fokus isu utama pembelajaran di SMA Kolese Kanisius adalah isu lingkungan hidup, kemiskinan, toleransi antarmanusia, dan ekosistem digital.
SMA Kolese Kanisius memberikan kebebasan murid-murid untuk memilih isu-isu yang ingin dipilih dalam belajar.
"Konsep kami belajar itu adalah seluas jagat. Tapi bagaimana kita mensistemasi semua itu dengan kurikulum ini," ujar Drs. Eduard.
Dalam pembelajaran sejak kelas X, sekolah memperkenalkan tema-tema untuk tugas akhir berdasarkan fokus isu SMA Kolese Kanisius.
Baca juga: Terapkan Merdeka Belajar, SMA Kolese Kanisius Jakarta Presentasikan Research Paper
Penilaian murid-murid SMA Kolese Kanisius, lanjutnya, adalah berbasis perpaduan ilmu pengetahuan dan survei karakter.
"Empat itu arah. Kami memberikan frame dan arah. Itu persoalan lingkungan dan kemiskinan adalah universal. Sekolah kami kan berbasis humanistik bukan agama," ujarnya.
SMA Kolese Kanisius menerapkan kurikulum 2013 dengan penyesuaian dengan nilai-nilai lokal sekolah. SMA Kolese Kanisius, kata Drs. Eduard, tetap mengikuti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan mengadopsinya ke dalam kebutuhan yang ingin dicapai.
"Di luar tahap ujian nasional, kami merdeka. Kami kembangkan portofolio pembelajaran.
UN itu hanya memembani belajar. Padahal pembelajaran itu harus gembira," tambah Drs. Eduard.
Menurutnya, Kolese Kanisius memiliki pedagogi (strategi pembelajaran) dalam mendidik. Kolese Kanisius menerapkan pedagogi Ignatian berupa Konteks, Pengalaman, Refleksi, Aksi, Evaluasi, dan kembali ke siklus awal.
"KTSP ini rambu-rambu saja. Di dalam kami mengolahnya sendiri. Kami siap Merdeka Belajar. Dengan metode pembelajaran itu sudah lengkap prosesnya," ujarnya.
SMA Kolese Kanisius juga menerapkan pedagogi Ignatian dengan salah satunya belajar langsung di masyarakat. Murid-murid diajak tinggal bersama masyarakat dan mengamati kehidupan di masyarakat.
"Kami punya aspek pedagogi sendiri. Pedagogi yang sangat menekankan pada pengalaman. Pengalaman itu tak akan ada artinya kalau tidak diberikan meaning. Refleksi itu. Selalu bertanya apa hikmah yang ditemui," katanya.
Dari tahap refleksi, sekolah melihat aspek kritis murid saat terjun langsung di masyarakat. Beberapa pengalaman murid dilihat saat terjun langsung di masyarakat.
Baca juga: Nadiem Sebut Program Merdeka Belajar Sangat Berkaitan dengan Guru
Kegiatan yang dilakukan memuat pemahaman kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh secara serasi dan seimbang.
Kolese Kanisius memadukan sintesa dalam beberapa mata pelajaran di sekolah yaitu ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter. Salah satu caranya adalah pembuatan karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan sekolah.
"Karya tulis ilmiah ini untuk memadukan satu kesatuan. Idenya ini sudah bisa menunjukkan kemampuan," tambahnya.
SMA Kanisius menyelenggarakan acara Presentasi Research Paper selama 20-23 Januari 2020. Kegiatan Presentasi Research Paper SMA Kanisius merupakan bagian dari penilaian akhir pendidikan SMA.
Drs. Eduard mengatakan ada 77 kelompok siswa XII yang terdiri dari 19 kelompok dari Ilmu Pengetahuan Sosial dan 58 kelompok dari Ilmu Pengetahuan Alam.
Presentasi Research Paper, lanjutnya, merupakan cara yang digunakan SMA Kolese Kanisius untuk menyurvei karakter siswa seperti disiplin, kejujuran, tekun, ulet, dan tanggung jawab.
"Ini bagian dari penilaian afektif. Bagaimama perpaduan ilmu pengetahuan dan penguatan karakter," kata Drs. Eduard.
Baca juga: Nadiem Makarim Tetapkan Program Merdeka Belajar, Salah Satunya Hapus UN
Adapun presentasi ini dilakukan oleh 231 siswa XII dan setiap kelompok dibagi terdiri dari tiga orang dan dibimbing oleh satu orang guru.
"Proses penyiapan paper ini sudah berjalan 1,5 tahun. Bahkan sejak kelas X. Sejak kelas XI sudah orientasi tema. Kelas XII sudah pembentukan kelompok," tambahnya.
Dalam proses pembuatan karya ilmiah, guru akan memantau perkembangan murid. Guru akan menilai tentang keaktifan, daya kritis, komunikasi, kejujuran, tanggung jawab, keuletan, dan kedispilinan murid.
"Karya tulis ini akan menambah nilai kelulusan murid. Ini bobot 50 persen di ujian sekolah," tambah Drs. Eduard.
Lewat presentasi Research Paper, sekolah juga bisa langsung menilai materi-materi pembelajaran seperti kemampuan berbahasa dan penguasaan materi sesuai dengan tema yang dipresentasikan.
Drs. Edward mengatakan Merdeka Belajar seperti presentasi Research Paper di Kolese Kanisius sudah berlangsung sejak delapan tahun yang lalu di tingkat SMP dan tiga tahun lalu di tingkat SMA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.