Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Presentasi Karya Ilmiah di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Seperti Anak Kuliah!

Kompas.com - 20/01/2020, 21:45 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - "Ini ujiannya sudah seperti sidang tugas akhir anak kuliah," kata Fatur saat melihat presentasi karya ilmiah tiga siswa kelas XII SMA Kolese Kanisius Jakarta. Presentasi karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari acara Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience.

Mereka menggunakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan berdasi.

Satu persatu siswa bergantian berbicara tentang karya penelitian ilmiah di depan dua guru penguji dan tamu undangan yaitu orangtua, siswa-siswa kelas X dan XI SMA Kolese Kanisius, dan siswa dari sekolah lain.

Mereka mempresentasikan materi lewat dengan bantuan proyektor yang ditembakkan ke arah papan tulis.

Baca juga: Terapkan Merdeka Belajar, SMA Kolese Kanisius Jakarta Presentasikan Research Paper

Dari raut wajahnya, mereka tampak yakin dalam mempresentasikan karyanya.

Di akhir sesi presentasi, para tamu undangan bertanya tentang karya ilmiah yang mereka susun.

"Kalau dijual, itu berapa harganya?" kata seorang tamu undangan.

"Ini masih fokus digunakan secara internal. Masih butuh pengembangan," kata Miguel, salah satu siswa yang mempresentasikan tentang pembuatan papan komposit dari bahan serbuk kayu dan ampas tebu.

Di sisi kiri dan kanan bagian depan para presentator, ada dua guru penguji yang memperhatikan dan bertanya tentang presentasi karya ilmiah.

Satu guru untuk melihat secara segi penggunaan bahasa dan guru lainnya melihat presentasi dari segi keilmuan yang dipilih dalam presentasi.

Di selain para presentator dan tamu undangan, ada juga moderator yang memandu jalannya presentasi. Tak hanya itu, ada juga notulen dan time keeper.

Moderator dan time keeper memastikan jalannya presentasi agar lancar. Sementara, notulen akan merangkum dan membacakan materi yang telah dipresentasikan oleh para presentator.

Presentasi karya ilmiah oleh satu kelompok siswa kelas XII SMA Kolese Kanisius berlangsung selama satu jam. Presentasi diakhiri dengan tepuk tangan dari para tamu dan guru penguji.

Presentasi karya ilmiah sebagai bagian penilaian akhir pendidikan

Siswa XII SMA Kolese Kanisius Jakarta dan moderator (kemeja putih) dalam kegiatan presentasi Research Paper di depan guru penguji, orangtua, siswa kelas X dan XI SMA Kolese Kanisius, dan tamu undangan di dalam kelas SMA Kolese Kanisius Jakarta, Senin (20/1/2020. Kegiatan presentasi Research Paper SMA Kolese Kanisius merupakan bagian dari acara yang bertema Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Siswa XII SMA Kolese Kanisius Jakarta dan moderator (kemeja putih) dalam kegiatan presentasi Research Paper di depan guru penguji, orangtua, siswa kelas X dan XI SMA Kolese Kanisius, dan tamu undangan di dalam kelas SMA Kolese Kanisius Jakarta, Senin (20/1/2020. Kegiatan presentasi Research Paper SMA Kolese Kanisius merupakan bagian dari acara yang bertema Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience.

Kepala Sekolah SMA Kolese Kanisius, Pater Drs. Eduard Calistus Ratu Dopo mengatakan ada 77 kelompok siswa XII yang terdiri dari 19 kelompok dari Ilmu Pengetahuan Sosial dan 58 kelompok dari Ilmu Pengetahuan Alam yang mempresentasi karya ilmiah.

Presentasi Research Paper, lanjutnya, merupakan cara yang digunakan SMA Kolese Kanisius untuk menyurvei karakter siswa seperti disiplin, kejujuran, tekun, ulet, dan tanggung jawab.

"Ini bagian dari penilaian afektif. Bagaimama perpaduan ilmu pengetahuan dan penguatan karakter," kata Drs. Eduard saat berbincang dengan wartawan di SMA Kolese Kanisius, Jakarta, Senin (20/1/2020).

Adapun presentasi ini dilakukan oleh 231 siswa XII dan setiap kelompok dibagi terdiri dari tiga orang dan dibimbing oleh satu orang guru.

"Proses penyiapan paper ini sudah berjalan 1,5 tahun. Bahkan sejak kelas X. Sejak kelas XI sudah orientasi tema. Kelas XII sudah pembentukan kelompok," tambahnya.

Menurut Drs. Eduard, karya tulis ilmiah yang disusun siswa akan menambah nilai kelulusan murid. Bobot karya tulis ilmiah menyumbang 50 persen dari total penyelenggaraan ujian sekolah, kata Drs. Eduard.

Baca juga: Mengintip Konsep Merdeka Belajar ala SMA Kolese Kanisius Jakarta

Ketua Panitia Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience, Petrus Jemadi mengatakan dalam presentasi karya ilmiah yang dilakukan memiliki bobot penilaian tersendiri. Penilaian dilakukan oleh guru pembimbing dan guru penguji serta pameran karya ilmiah.

"Guru pembimbing keilmuan bobot menilai 40 persen. Untuk pembimbing bahasa bobotnya 20 persen. Saat presentasi, bobot penilaiannya 30 persen yang dibagi dua yaitu oleh penguji bahasa dan keilmuan. Sementara pameran bobotnya 10 persen," ujar Petrus.

Setiap guru penguji, lanjut Petrus, berasal dari guru-guru pembimbing kelompok lainnya. Guru-guru penguji di kelas akan memperhatikan tentang penggunaan bahasa dan materi yang dipresentasikan.

Sementara guru pembimbing karya ilmiah akan menilai murid dari segi persiapan hingga pelaksanaan pembuatan karya ilmiah. Guru pembimbing akan menilai tentang keaktifan, daya kritis, komunikasi, kejujuran, tanggung jawab, keuletan, dan kedispilinan murid.

Petrus juga menambahkan, moderator, time keeper dan notulen berasal dari murid kelas XI. Setiap murid yang membantu juga akan mendapatkan penilaian di bidang non akademik.

Penerapan teori ke masyarakat

Siswa XII SMA Kolese Kanisius Jakarta dengan hasil karya ilmiah yang dipresentasikan di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Senin (20/1/2020. Kegiatan presentasi Research Paper SMA Kolese Kanisius merupakan bagian dari acara yang bertema Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Siswa XII SMA Kolese Kanisius Jakarta dengan hasil karya ilmiah yang dipresentasikan di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Senin (20/1/2020. Kegiatan presentasi Research Paper SMA Kolese Kanisius merupakan bagian dari acara yang bertema Merdeka Belajar: Exhibitions of Learning Experience.

Salah satu peserta presentasi Research Paper SMA Kolese Kanisius, Miguel mengatakan kegiatan ini bisa menjadi ajang untuk menerapkan teori ilmu pengetahuan ke dalam masyarakat.

Kelompoknya membuat penelitian terkait pembuatan papan komposit dari bahan serbuk kayu dan ampas tebu.

"Kami memilih penelitian ini karena kami konsern terhadap lingkungan. Kami ingin memberikan solusi terhadap sampah plastik. Jadi di dekat wilayah kami ada tempat produksi mebel dan banyak serbuk kayu. Lalu kita gabungkan dengan ampas tebu," kata Miguel.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Perubahan USBN 2020 Merdeka Belajar

Ia menyebutkan menyukai kegiatan untuk langsung mempraktekkan teori langsung ke masyarakat. Baginya, ilmu pengetahuan akan lebih berguna ketika dipraktekkan di masyarakat.

"Yang kami dapatkan di kegiatan Research Paper adalah pengalaman praktek. Walaupun saya IPA, saya jadi tahu kehidupan nyata itu seperti apa. Jadi bukan hanya teori," ujar Miguel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com